Pengamat penerbangan yang juga mantan pilot senior Garuda Indonesia, Sri Subekti, menegaskan bahwa temuan avtur di perairan pantai belum tentu mengindikasikan bahwa badan pesawat Adam Air berada di wilayah tersebut.
Untuk memperkirakan letak pesawat, bisa dilakukan penghitungan sistematis berdasar arah dan kecepatan arus air laut. Dengan penghitungan mundur dari lokasi ditemukannya avtur pesawat, diharapkan dapat ditemukan kisaran lokasi jatuhnya pesawat Adam Air. "Mungkin avtur itu telah terbawa arus laut hingga jauh dari lokasi yang sebenarnya." katanya.
Sri menjelaskan, bahan dasar tangki pesawat berbeda dengan alat transportasi lain. Jika tangki bahan bakar kendaraan lain terbuat dari logam, tangki pesawat udara terbuat dari karet yang elastis. Hal itu diperlukan untuk menahan guncangan serta mengantisipasi jika dipergunakan untuk jangka waktu lama agar tidak berkarat (umur pemakaian pesawat mencapai puluhan tahun). Tangki karet untuk avtur tersebut terletak di sayap pesawat.
Dengan temuan avtur di Selat Makassar, menurut Sri, setidaknya ada dua kemungkinan yang terjadi pada Adam Air. Pertama, beberapa ton avtur yang masih tersisa diperkirakan meledak ketika berada di udara. Kedua, tangki avtur tersebut tidak meledak, namun hanya bocor dan terbawa pesawat ke dasar laut. Dengan kondisi seperti itu, avtur yang ditemukan hanya sedikit, namun baru beberapa hari kemudian muncul di permukaan air laut. "Perlu dianalisis jumlah ceceran avtur itu, terus muncul tersebar atau hanya di lokasi tertentu." ujarnya.
Mengenai penyebab hilangnya pesawat Adam Air, Sri menjelaskan tiga kemungkinan. Pertama, pesawat meledak di udara karena tersambar halilintar yang bermuatan listrik besar. Pada dasarnya, di ujung sayap pesawat terdapat kawat kecil yang bertugas membuang muatan listrik jika tersambar petir. "Meski telah didesain antipetir, bisa jadi muatan listrik yang besar mengakibatkan kerusakan elektrik atau mesin pesawat." ungkapnya.
Kedua, diperkirakan terdapat muatan kargo yang termasuk dalam kategori danger goods. Bahan berbahaya tersebut bisa berupa bahan kimia maupun amunisi. Diperkirakan beberapa anggota TNI yang menjadi penumpang Adam Air membawa amunisi. "Meski telah ditempatkan di kotak khusus, namun jika terjadi guncangan yang sangat hebat, diperkirakan bisa terjadi ledakan." ungkapnya.
Ketiga, diperkirakan ada penumpang ilegal yang sengaja membawa bahan peledak. Itu bisa terjadi karena lemahnya sistem pengamanan di bandara. Kejadian seperti itu sebenarnya beberapa kali terjadi dalam sejarah penerbangan di Indonesia. Menurut Sri, beberapa tahun lalu pernah ada penumpang yang lolos dalam penerbangan Jakarta-Padang dengan bersembunyi di lavatory. Kejadian kedua terjadi juga pada penerbangan Jakarta-Medan beberapa tahun lalu dengan masuk ke ruang roda pesawat, "Nggak ada yang jamin 100 persen bahwa tidak akan ada penyusup yang bisa lolos ke pesawat ketika di bandara." jelasnya.
------------
From : http://jawapos.com/index.php?act=detail_c&id=266836
Selasa, 16 Jan 2007.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
-
“Ki sanak, siapakah nama Ki Sanak? Dari manakah asal Ki Sanak? Sebab dari pengamatan kami, Ki Sanak bukanlah orang daerah kami…” Ia ...
-
Pada intinya perbedaan antara bahasa Jawa dan bahasa Indonesia terletak pada sifat bahasa Jawa yang ekspresif dan bahasa Indonesia yang desk...
-
Source: http://www.egmca.org:8080/artikel/art10/lihatKomentar ============== * bagus banget nih kalau alat ini bener- bener bisa kerja. ...
No comments:
Post a Comment