Saturday, January 13, 2007

Satelit pertama buatan putera bangsa Indonesia sukses diluncurkan dari Satish Dhawan Space Center

http://www.kompas.co.id/

Satelit Mikro LAPAN-TUBSAT Sukses Mengorbit

BANGALORE, RABU--Satelit pertama buatan putera bangsa Indonesia sukses diluncurkan dari Satish Dhawan Space Center (SDSC) Sriharikota, India, Rabu (10/1). Sinyal pertama yang dikirimkannya dari orbit berhasil ditangkap dengan sukses oleh stasiun bumi yang ada di Technical University of Berlin pada pukul 16.00 WIB.

LAPAN-TUBSAT diluncurkan menggunakan roket Polar Satellite Launch Vehicle (PSLV)-C7 milik India bersama dengan dua satelit lain milik India dan Argentina, serta sebuah kapsul penelitian antariksa milik India. Roket meluncur tadi pagi pukul 9.23 waktu India atau pukul 10.53 WIB.

Saat diluncurkan, satelit dalam keadaan sleep mode dengan baterai dikosongkan. Satelit selanjutnya mengorbit 2 hingga 3 kali untuk mengisi baterai dan segera memancarkan signal beep pertama yang kemudian diterima Profesor Udo Renner di TU Berlin. Prof. Udo Renner selaku design engineer satelit mikro tersebut telah menyampaikan berita penerimaan sinyal beep pertama satelit LAPAN-TUBSAT pada pukul 16.00 WIB kepada Kepala LAPAN. Sinyal pertama yang akan ditangkap di Stasiun Bumi Satelit Mikro di Rumpin, Bogor diperkirakan baru akan diterima sekitar pukul 21.26 WIB.

Dalam rilis yang dimuat situs LAPAN, Kepala LAPAN Dr. Ir. Adi Sadewo Salatun, M. Sc. menyatakan, jika kedua sinyal diterima kemungkinan besar satelit LAPAN-TUBSAT sudah dapat beroperasional dengan baik. Setelah itu, proses menghidupkan, menguji, dan mengendalikan satelit akan mulai dilakukan di TU Berlin dan fasilitas kendali LAPAN di Rumpin, Bogor. Parameter orbit akan dikirim dari Indian Space Research Organization (ISRO) ke TU Berlin dan LAPAN Rumpin untuk keperluan mengarahkan sistem telemetry, tracking, and command (TT&C).

LAPAN dan TU Berlin

Satelit Mikro LAPAN-TUBSAT merupakan satelit pengamat Bumi dengan bobot 57 kilogram yang dikembangkan para peneliti LAPAN bersama dengan Technical University of Berlin, Jerman. Satelit ini membawa sistem transmisi data S-band, sebuah video kamera berwarna resolusi tinggi hingga 5 meter dengan swath (luas cakupan) 3,5 kilometer, video kamera berwarna resolusi rendah 200 meter dengan swath 81 kilometer, dan sistem penyimpan dan penerus pesan pendek dengan transmisi telemetry & telecommand pada frekuensi UHF dengan bandrate 1200 bps (bite perdetik).

Sebagai satelit surveillance, LAPAN-TUBSAT dapat digunakan untuk melakukan pemantauan langsung situasi di Bumi seperti kebakaran hutan, gunung berapi, banjir, menyimpan dan meneruskan pesan komunikasi dari dan ke berbagai pelosok yang cukup banyak di Indonesia, serta untuk misi komunikasi bergerak.

Satelit ini memiliki kemampuan melakukan manuver ketinggian melalui komando interaktif dari bumi, sehingga pemantauan lokasi tertentu dengan video surveillance-nya dapat diatur sesuai kebutuhan pada saat melintasi Indonesia.

Manuver ini dilakukan dengan menggunakan Attitude Control System yang terdiri dari 3 reaction wheel, 3 gyro, 2 sensor Matahari, 3 koil magnetik, dan sebuah sensor bintang untuk navigasi satelit. Satelit ini mengambil daya dari 5 buah baterai berkapasitas 12 Ah (ampere jam) dengan 4 buah solar panel.

No comments: