Kiriman dari :
From : Satrio Arismunandar
date | Thu, Jun 5, 2008 at 1:26 AM | ||
subject | [ppiindia] Strategi Rand Corp Adu Domba Umat Islam? (Insiden Monas) ---------------------------- |
Adanya politik adu domba di balik insiden Monas semakin menguat. Pernyataan Ketua Umum PBNU
Hasyim Muzadi mengingatkan pihak-pihak tertentu untuk tidak melibatkan
NU menyusul insiden Monas 1 Juni. “NU akan memberikan sanksi kepada
siapa pun yang melakukan provokasi,” tegasnya.
Hasyim menyesalkan penggunaan dan pelibatan nama NU dan kelompok NU dalam masalah ini. “Karena
relevansinya tidak ada antara NU dan Monas, NU dan FPI. Tapi, kenapa
lalu ditulis korban itu adalah orang NU?” ujar Ketua PBNU Hasyim Muzadi
dalam pernyataan tertulis pada detikcom, Selasa (3/6/2008).
KH
Hasyim Muzadi juga mengingatkan pelibatan orang-orang NU yang
menjadikan NU sebagai pihak yang juga terlibat dalam bentrok fisik itu.
“Ini tidak boleh terjadi dan harus dicegah. Bentrok fisik sangat
merugikan. Kita ingin menyelesaikan masalah Monas, bukan memperluas
masalah itu,” tegasnya.
Upaya
mengadu domba antara NU dan ormas Islam lain seperti FPI memang sangat
terasa. Tampak dari reaksi warga NU diberbagai daerah yang mendatangi
markas FPI. Konflik horizontal pun dikhawatirkan meluas di
daerah-daerah.
Tidak
hanya itu , perluasan insiden Monas juga tampak dari upaya membangun
opini seakan-akan lasyar Islam menyerang kelompok memperingati hari kesaktian Pancasila.
Serangan ini dianggap ancaman terhadap Pancasila, ideologi negara, dan
pada gilirannya dianggap merupakan ancaman terhadap negara.
Upaya
adu domba yang konflik horisontal ini tidak bisa dilepaskan dari
grand-strategi negara-negara Imperialis untuk menghancurkan umat Islam
dan kekuatan Islam. Untuk itu, negara-negara Imperialis seperti AS
memanfaatkan LSM-LSM komprador yang menjadi kaki tangannya untuk
memprovokasi konflik.
Campur tangan asing tampak dari kecaman kedubes AS terhadap insiden Monas. Kedubes
AS di Indonesia mengeluarkan siaran pers yang mengutuk aksi kekerasan
oleh FPI. AS menilai, aksi itu berdampak serius bagi kebebasan beragama
dan dapat menimbulkan masalah keamanan. Namun, pernyataan Kedubes AS
itu dinilai anggota Fraksi PKS di DPR, Soeripto, sebagai bentuk campur
tangan AS dalam masalah dalam negeri. ”Itu tidak etis. Bahasa kasarnya intervensi. Seakan-akan pemerintah kita yang lemah,” katanya.
Grands
strategi ini bisa terlihat dengan jelas dari rekomendasi Rand
Corporation yang merupakan think-thank neo-conservative AS yang banyak
mendukung kebijakan Gedung Putih. Dalam rekomendasi Cheryl Benard dari
Rand Corporation yang berjudul CIVIL DEMOCRATIC SILAM , PARTERS
,RESOURCES, AND STRATEGIES) secara detik diungkap upaya untuk memecah
belah umat Islam.
STRATEGI : PECAH BELAH KELOMPOK ISLAM
Langkah
pertama melakukan klasifikasi terhadap umat Islam berdasarkan
kecendrungan dan sikap politik mereka terhadap Barat dan nilai-nilai Demokrasi.
Pertama : Kelompok Fundamentalis
: menolak nilai-nilai demokrasi dan kebudayaan Barat kontemporer.
Mereka menginginkan sebuah negara otoriter yang puritan yang akan dapat
menerapkan Hukum Islam yang ekstrem dan moralitas. Mereka bersedia
memakai penemuan dan teknologi modern untuk mencapai tujuan mereka.
Kedua : Kelompok Tradisionalis: ingin suatu masyarakat yang konservatif. Mereka mencurigai modernitas, inovasi, dan perubahan.
Ketiga : Kelompok Modernis : ingin
Dunia Islam menjadi bagian modernitas global. Mereka ingin memodernkan
dan mereformasi Islam dan menyesuaikannya dengan zaman.
Keempat : Kelompok Sekularis
: ingin Dunia Islam untuk dapat menerima pemisahan antara agama dan
negaradengan cara seperti yang dilakukan negara-negara demokrasi
industri Barat, dengan agama dibatasi pada lingkup pribadi.
STRATEGI BELAH BAMBU DAN ADU DOMBA
Setelah
membagi-bagi umat Islam atas empat kelompok itu, langkah berikutnya
yang penting yang direkomendasi Rand Corporation adalah politik belah
bambu. Mendukung satu pihak dan menjatuhkan pihak lain, berikutnya
membentrokkan antar kelompok tersebut. Upaya itu tampak jelas dari
upaya membentrokkan antara NU yang dikenal tradisionalis dengan ormas
Islam yang Barat sering disebut Fundamentalis seperti FPI, HTI, atau
MMI dsb.
Hal ini dirancang sangat detil. Berikut langkah-langkahnya :
Pertama : Support the modernists first (mendukung kelompok Modernis)
·
Menerbitkan dan mengedarkan karya-karya mereka dengan biaya yang disubsidi.
·
Mendorong mereka untuk menulis bagi audiens massa dan bagi kaum muda.
·
Memperkenalkan pandangan-pandangan mereka dalam kurikulum pendidikan Islam.
·
Memberikan mereka suatu platform publik
·
Menyediakan
bagi mereka opini dan penilaian pada pertanyaan-pertanya an yang
fundamental dari interpretasi agama bagi audiensi massa dalam
persaingan mereka dengan kaum fundamentalis dan tradisionalis, yang
memiliki Web sites, dengan menerbitkan dan menyebarkan
pandangan-pandangan mereka dari rumah-rumah, sekolah-sekolah,
lembaga-lembaga, dan sarana yang lainnya.
·
Memposisikan sekularisme dan modernisme sebagai sebuah pilihan “counterculture” bagi kaum muda Islam yang tidak puas.
·
Memfasilitasi
dan mendorong kesadaran akan sejarah pra-Islam dan non-Islam dan
budayannya, di media dan di kurikulum dari negara-negara yang relevan.
·
Membantu dalam membangun organisasi-organisa si sipil yang independent, untuk
·
Mempromosikan
kebudayaan sipil (civic culture) dan memberikan ruang bagi rakyat biasa
untuk mendidik diri mereka sendiri mengenai proses politik dan
mengutarakan pandangan-pandangan mereka.
Kedua, Support the traditionalists against the fundamentalists: Mendukung kaum tradisionalis dalam menentang kaum fundamentalis. Langkah-langkah yang dilakukan antara lain :
·
Menerbitkan
kritik-kritik kaum tradisionalis atas kekerasan dan ekstrimisme yang
dilakukan kaum fundamentalis; mendorong perbedaan antara kaum
tradisionalis dan fundamentalis.
·
Mencegah aliansi antara kaum tradisionalis dan kaum fundamentalis.
·
Mendorong kerja sama antara kaum modernis dan kaum tradisionalis yang lebih dekat dengan
·
Kaum modernis.
·
Jika memungkinkan, didik kaum tradisionalis untuk mempersiapkan diri mereka
·
untuk mampu melakukan debat dengan kaum fundamentalis. Kaum fundamentalis
·
secara
retorika seringkali lebih superior, sementara kaum tradisionalis
melakukan praktek politik „Islam pinggiran” yang kabur . Di
tempat-tempat seperti di Asia Tengah, mereka mungkin perlu untuk
dididik dan dilatih dalam Islam ortodoks untuk mampu mempertahankan pandangan mereka.
·
Menambah kehadiran dan profil kaum modernis pada lembaga-lembaga tradisionalis.
·
Melakukan
diskriminasi antara sektor-sektor tradisionalisme yang berbeda.
Mendorong orang-orang dengan ketertarikan yang lebih besar atas
modernisme, seperti pada Mazhab Hanafi, lawan yang lainnya. Mendorong
mereka untuk membuat isu opini-opini agama dan mempopulerkan hal itu
untuk memperlemah otoritas dari penguasa yang terinspirasi oleh paham
Wahhabi yang terbelakang. Hal ini berkaitan dengan pendanaan. Uang
dari Wahhabi diberikan untuk mendukung Mazhab Hambali yang konservatif.
Hal ini juga berkaitan dengan pengetahuan. Bagian dari Dunia Islam yang
lebih terbelakang tidak sadar akan kemajuan penerapan dan tafsir dari
Hukum Islam.
·
Mendorong popularitas dan penerimaan atas Sufisme
Ketiga, Confront and oppose the fundamentalists: Mengkonfrontir dan menentang kaum fundamentalis. Langkah-langkahnya antara lain :
·
Menentang tafsir mereka atas Islam dan menunjukkan ketidak akuratannya.
·
Mengungkap keterkaitan mereka dengan kelompok-kelompok dan aktivitas-aktiviats illegal.
·
Mengumumkan konsekuensi dari tindakan kekerasan yang mereka lakukan.
·
Menunjukkan
ketidak mampuan mereka untuk memerintah, untuk mendapatkan perkembangan
positif atas negara-negara mereka dan komunitas-komunitas mereka.
·
Mengamanatkan
pesan-pesan ini kepada kaum muda, masyarakat tradisionalis yang alim,
kepada minoritas kaum muslimin di Barat, dan kepada wanita.
·
Mencegah
menunjukkan rasa hormat dan pujian akan perbuatan kekerasan dari kaum
Fundamentalis, ekstrimis dan teroris. Kucilkan mereka sebagai
pengganggu dan pengecut, bukan sebagai pahlawan.
·
No comments:
Post a Comment