Jakarta, Kompas
Istilah teman tapi mesra terdengar manis dan memang hip banget. Sedikit-sedikit istilah ini dipakai untuk menyebut orang-orang yang enggak bisa kita jadikan pacar. Apa, sih, sebenarnya teman tapi mesra ini?
Kalau kita menyimak lagu Ratu sih, Teman Tapi Mesra atau yang biasa disingkat TTM bisa diartikan sebagai sebuah gelar yang diberikan buat seseorang yang enggak bisa kita sahkan sebagai pacar karena kita sudah ada yang punya walaupun kita dan dia saling suka. Ya, akhirnya hubungan tetap dijalankan sebagai pertemanan plus kemesraan yang sebenarnya mungkin banget sama kayak hubungan pacaran pada umumnya.
Nah, kalau dilihat dari arti TTM ini, sebenarnya ada satu proses lain di balik semua itu, yaitu perselingkuhan! Betul! Selingkuh! Hal ini karena salah seorang dalam hubungan ini sebenarnya lagi terikat hubungan pacaran dengan yang lain. Dan mau enggak mau kita harus mengakui kalau TTM adalah istilah lain untuk selingkuhan Cuma dalam versi yang terdengar lebih manis, halus, dan gaul. Jadi TTM, menurut versi lagu ini, kayaknya indah dan penuh harapan. Walau enggak jadi pacar, tetap bisa mendampingi si pujaan hati ke mana pun dan risiko ketahuan sama yang punya pacar juga enggak disebut-sebut. Tapi, apa menjadi TTM memang semanis kedengarannya?
Sadar banget
Ada banyak macam alasan kenapa akhirnya seseorang bersedia jadi TTM atau selingkuhan ini. Tapi, alasan utama yang juga dianggap masuk akal adalah karena terbentur keadaan.
Keadaan di sini adalah karena cewek atau cowok yang dipengen ternyata sudah memiliki pacar dan enggak bisa meninggalkan pacarnya juga. Akhirnya, mau enggak mau, jadi TTM pun menjadi pilihan yang dilakukan dengan sadar banget.
Hal ini dialami sama Jonathan, seorang siswa kelas 3 SMU 68, Jakarta, yang pernah menjadi selingkuhan selama kira-kira dua bulan. Gue dekat sama ceweknya sepupu gue. Sayangnya dia enggak bisa ninggalin cowoknya dan gue sendiri juga merasa enggak enak sama sepupu gue. Akhirnya gue bersedia jadi selingkuhan cewek ini, jelas Jonathan.
Hal yang mirip dialami juga oleh Candra, kelas II SMA 21, Jakarta. Gue naksir seorang cewek. Setelah seminggu PDKT, eh... baru ketahuan kalau dia punya pacar. Habisnya dia kelihatan welcome saja, sih. Tapi, ya gimana karena gue sudah suka, gue akhirnya milih untuk tetap dekat sama dia dan nerima keadaan dia yang begitu, tutur Candra
Alasan lain yang juga mendukung alasan utama ini adalah karena si TTM merasa punya kelebihan dibanding pacar asli. Hal ini rupanya yang dijadikan alasan oleh Cyntia, siswi kelas I SMA 57, Jakarta. Aku punya teman cowok yang memang dekat. Awal-awalnya kami biasa saja. Tapi akhirnya dia jadi sering curhat ke aku soal ceweknya. Dia bilang ceweknya terlalu cuek dan mereka suka berantem. Lama-lama kami jadi dekat karena katanya aku beda dari ceweknya. Aku sendiri, sih, enggak keberatan, ujar Cyntia santai.Waktu SMP aku juga pernah dekat sama kakak kelasku. Walaupun dia sudah punya pacar, dia suka datang ke rumah dan curhat soal ceweknya. Aku oke-oke saja untuk jadi tempat pelariannya. Soalnya aku juga suka dia, sih, lanjut Cyntia lagi.
Menjadi TTM bisa dibilang juga merupakan pilihan karena biasanya didorong niat dan usaha tertentu. Waktu sepupu gue lagi nelepon ceweknya dari telepon rumah gue, cerita Jonathan, iseng-iseng gue pengin ikutan ngobrol juga. Setelah sepupu gue ini pulang, gue tertarik pengin kenalan lebih lanjut. Gue redial nomor cewek ini dari telepon dan kita ngobrol. Enggak nyangka banget, ternyata anaknya asyik. Akhirnya kami telepon-teleponan selama dua minggu. Setelah itu, gue beranikan diri untuk mengajak dia ketemuan, dan gue mulai suka sama dia. Bahkan gue berani juga untuk nembak dia. Gue tahu risiko yang bakal gue hadapi.
Dila dari SMA 4, Jakarta, punya pengalaman yang unik. Aku jadian selama dua bulan sama seorang cowok. Selama itu, aku sebenarnya sudah dikasih tahu teman kalau dia masih punya pacar. Tapi, aku tetap enggak mau peduli. Setelah semuanya benar-benar jelas, aku tetap bertahan selama seminggu karena memang masih sayang sama dia. Tapi akhirnya dia milih ceweknya. Padahal aku masih sayang dan mau sama dia, kata Dila.
Lain halnya dengan Candra. Memilih untuk menjadi TTM ternyata juga didorong oleh perasaan tertantang buat mendapatkan cewek idamannya ini. Setelah gue tahu dia punya cowok, gue juga merasa tertantang. Itu juga jadi alasan gue untuk tetap bertahan, jelas Candra sambil tertawa. Tapi gue juga sudah siap sama semua risikonya, lho. Gue, sih, berharap dia mutusin cowoknya. Tapi, kalau seandainya akhirnya gue ditolak dan dia tetap milih cowoknya, ya... enggak jadi masalah, lanjutnya lagi.
Serba salah
Setelah berhasil memenang gelar TTM ini, ternyata mulai banyak keluh kesah yang muncul.
Hal pertama yang mesti dihadapi adalah perasaan parno kalau-kalau hubungan perselingkuhan ini ketahuan sama si pacar asli. Waktu gue lagi sering-seringnya jalan sama cewek ini, gue deg-degan juga. Takut kalau ketahuan sama cowoknya. Cuma gue berusaha menenangkan diri dengan bilang dalam hati, yang penting gue enggak bikin yang aneh-aneh, kata Candra sambil tertawa.
Sedikit beda dengan yang dialami Jonathan, dia justru berusaha menghilangkan ke-parnoan-nya dengan cara menyiapkan alibi yang tepat kalau saja mereka enggak sengaja bertemu dengan pacar si cewek yang juga sepupunya ini. Gue memang sering parno kalau melihat orang yang mirip sama sepupu gue waktu lagi jalan sama cewek ini. Akhirnya gue rancang saja alibi buat antisipasi kalau suatu saat ketemu sama dia. Gue bakal bilang kalau secara enggak sengaja ketemu sama ceweknya dan akhirnya jadi jalan bareng karena cewek ini minta ditemani makan, jelas Jonathan sambil tertawa lepas.
Masalah kedua yang juga suka bikin para TTM sebal adalah aturan main enggak tertulis yang melarang seorang TTM untuk cemburu! Memang bikin bete, tapi hal ini harus dituruti karena enggak ada status yang pasti di antara TTM dan pasangannya. Kalau ceweknya telepon dan kebetulan aku ada di situ, biasanya ada perasaan cemburu yang juga bikin aku enggak nyaman. Apalagi kalau mendengar mereka beraku-kamu. Aneh, kan? Padahal aku juga enggak punya hak apa-apa, papar Cyntia.
Tapi, kayaknya buat mereka yang memang benar-benar sadar dengan risiko sebagai TTM, rasa cemburu yang kadang muncul langsung bisa diatasi dengan cepat juga. Kalau dia jalan sama cowoknya, gue suka jealous juga, sih. Tapi gue langsung mikir kalau gue enggak boleh gitu karena gue ada di pihak yang merusak hubungan mereka, tambah Jonathan.
Hal lain yang bisa mengganggu adalah perasaan serba salah yang lumayan besar karena sudah mengganggu hubungan orang lain. Menurut Putra, seorang siswa kelas II SMU 82, jadi TTM bisa bikin dia merasa serba salah. Walaupun Putra sendiri belum pernah mengalami jadi TTM alias selingkuhan, kedekatannya dengan sang mantan pacar yang sudah punya pacar juga bikin perasaan serba salah muncul. Sekarang ini gue sudah punya cewek, tapi gue masih suka jalan sama mantan gue ini. Kita memang masih saling sayang dan kalau jalan bareng pun, masih kayak pacaran. Nah, gue jadi bisa mengira-ngira, masalah akan muncul kalau saat kita pengin lebih, kita malah mentok dan enggak bisa mendapatkan yang kita mau. Tapi kalau enggak jadi TTM, kita sedih gara-gara enggak bisa dekat dia. Jadi bisa dibilang gue setuju dan enggak setuju, deh, sama yang namanya TTM," kata Putra.
Ending bisa ditebak
Jadi TTM punya risiko bakal mengalami ending yang lumayan bisa ditebak dan menyakitkan. Seperti yang dialami Jonathan yang akhirnya ditinggalkan oleh cewek yang diselingkuhinya.
"Hubungan kami akhirnya ketahuan. Walaupun dia memang sempat putus sama sepupu gue, akhirnya mereka jadian lagi dan gue ditinggalkan. Memang sedih banget, tapi gue tahu diri kalau memang sudah bersalah merusak hubungan mereka," tutur Jonathan.
Cyntia pun ternyata mengalami hal yang sama, Walaupun ada sisi baik gue yang enggak bisa dia temui di ceweknya, dia tetap sayang sama ceweknya. Dan waktu hubungan kami ketahuan, dia pilih ceweknya. Padahal selama jalan bareng hampir tiga mingguan gitu, gue suka merasa kalau sudah jadian sama dia, kata Cyntia.
Pengalaman serupa juga dialami Dila, yang walaupun sudah berkorban ternyata tetap ditinggalkan juga. Untungnya sih, karena jadi TTM adalah pilihan. Jadi waktu ending terduga ini muncul, hati pun sudah siap buat mengatasinya. Kalau aku, sih, memang sayang sama dia, dan sempat mikir juga pengin dia mutusin ceweknya. Tapi, yah... kalau kayak gini, kita enggak bisa mengharapkan itu. Mending dibawa fun saja. Selama enggak merugikan, ya, dijalani saja, jelas Cyntia dengan mantap.
Hmmm... Tapi sekarang coba merenung sebentar, yuk. Segala sesuatu yang menyangkut masalah hati memang enggak bisa dibatasi dan memang hak kita untuk menyukai dan berhubungan sama orang lain. Jadi TTM pun merupakan pilihan pribadi yang susah diganggu gugat sama orang lain. Tapi pernah kepikiran enggak, gimana perasaan si pacar asli atau kenapa kita cuma dijadikan sebagai cadangan padahal katanya kita disayang? Pantaskah kita mengambil semua risiko ini untuk satu akhir yang gampang ditebak?
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
-
“Ki sanak, siapakah nama Ki Sanak? Dari manakah asal Ki Sanak? Sebab dari pengamatan kami, Ki Sanak bukanlah orang daerah kami…” Ia ...
-
Pada intinya perbedaan antara bahasa Jawa dan bahasa Indonesia terletak pada sifat bahasa Jawa yang ekspresif dan bahasa Indonesia yang desk...
-
Source: http://www.egmca.org:8080/artikel/art10/lihatKomentar ============== * bagus banget nih kalau alat ini bener- bener bisa kerja. ...
1 comment:
TEMAN TAPI MESRA........
sekarang saya sedang menjalani hubungan tersebut, kenapa kami sampai melakukannya? dikarenakan kami sudah mempunyai pasangan hidup masing-masing, jadi kami tidak meresmikan hubungan cinta kami karena kami berdua juga tidak mau menyakiti pasangan kami mesing-masing. tersiksa banget loch dalam menjalini hubungan cinta yang seperti ini kami pura-pura berteman padahal kami saling mencintai.
Post a Comment