Presiden SBY telah mencanangkan bahwa pengembangan SDM menjadi salah satu pilar penting untuk pembangunan Indonesia. Termasuk di dalamnya adalah pengembangan SDM di bidang IT melalui pendidikan formal di bangku kuliah.
IT sebenarnya bisa menjadi soko guru ekonomi nasional, jika produk IT Indonesia bisa bersaing di dunia Internasional. Namun memilih bidang IT sama halnya berkejar-kejaran dengan perkembangan teknologi yang ekstrim dinamis, sehingga bisa melambung cepat ataupun jatuh cepat. Faktor ‘agility’ memegng peranan penting di bisnis ini.
Dihadapkan dengan situasi ini, sebenarnya mampukah pendidikan IT Indonesia men-‘deliver’ SDM yang sesuai / dibutuhkan industri ini? Puluhan ribu lulusan IT (mungkin lebih) tiap tahunnya , dapatkah diserap dunia Industri? Menilik situasi sekarang, sebenarnya dibutuhkan sangat banyak SDM di industri ini, namun nilai pengangguran maupun pengangguran intelektual juga tinggi, ada apakah ini?
Beberapa kali saya melakukan interview calon pegawai, berhadapan dengan para ‘fresh graduate’ , dimana kemampuan di fundamental IT nya bervariasi, meskipun CV mereka cukup heboh. Kita tinggal meneliti apa yang mereka tulis di CV mereka, pada akhirnya mereka akan mengaku kalo hanya sekedar tahu saja. Bahkan saya menjumpai Skom yang tidak bisa (kebingungan) ‘insert ke database’ di masa kerjanya. Pada akhirnya kemampuan mereka tergantung dari pengembangan skill masing masing, bukan lewat masa pembelajaran di masa kuliah. Saya pernah menjumpai lulusan ‘Geofisika’ jauh lebih baik dari pada Sarjana Komputer di bidang ‘coding’.
Kita melihat ITB rata-rata melakukan DO ratusan orang per tahunnya, karena berusaha mempertahankan mutu pendidikan. Namun saya jarang mendengar adanya DO di PTS, terutama selain PTS di Jakarta. Apakah PTS lebih mengutamakan ‘BISNIS’ daripada ‘MUTU’ ? Padahal kita kenal backgroung institusi tersebut adalah Yayasan ( Non Profit Organization) bukan PT. Mampukan lulusannya bersaing di Industri?
Ada beberapa institusi pendidikan yang menyatakan bahwa lulusannya akan mempunyai ‘Vendor Certification’. Seberapa berkualitaskah Vendor Certification ini? Karena kita banyak menemui para pemegang Sertifikat tersebut hanyalah ‘Karbitan’ oleh web site semacam Braindump. Mereka hanya mampu menjawab soal-soal tanpa mengetahui duduk persoalannya.
Saat ini kita membutuhkan SDM yang betul betul mampu melakukan inovasi dan initiatif untuk melakukan ‘Revolusi IT’ , membentuk Indonesia Baru yang ditopang oleh Pilar Barunya di bidang IT. Karena saat ini IT dikuasai (baca : didekte) oleh Raksasa - Raksasa Industri dari luar negeri. Sudah saat nya timbul Raksasa dari Indonesia yang ikut menetapkan standar, tidak hanya terpaku oleh Format Pemikiran yang ada sekarang ini.
Saya harap kita bisa menerapkan slogan yg agaknya terbalik : “Kalo Bisa Menciptakan Mengapa Hanya Mengkonsumsi Saja”.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
-
“Ki sanak, siapakah nama Ki Sanak? Dari manakah asal Ki Sanak? Sebab dari pengamatan kami, Ki Sanak bukanlah orang daerah kami…” Ia ...
-
Pada intinya perbedaan antara bahasa Jawa dan bahasa Indonesia terletak pada sifat bahasa Jawa yang ekspresif dan bahasa Indonesia yang desk...
-
Source: http://www.egmca.org:8080/artikel/art10/lihatKomentar ============== * bagus banget nih kalau alat ini bener- bener bisa kerja. ...
1 comment:
Maju terus Mas Bagus....siip dech...SDM lagi nich...pembenahan pendidikan masih bersifat parsial n karikatural kok......mana mungkin....
Post a Comment