Thursday, August 30, 2007

Bali Post. Filsafat Pembangunan Mahatma Gandhi

Kamis Wage, 30 Agustus 2007


Mahatma Gandhi berpendapat bahwa sejatinya secara
global penduduk dunia tidak pernah kekurangan pangan.

Bali Post. Filsafat Pembangunan Mahatma Gandhi
Oleh Dr.Ir. Wayan Windia

SUDAH menjadi wacana publik bahwa manusia telah
terjebak dalam keserakahannya. Dalam tatanan pola pikir, telah
berkembang konsep pragmatisme, materialisme, dan kapitalisme. Dalam
tatanan sosial telah berkembang konsep yang mementingkan kelompok,
golongan, dan bangsanya sendiri-sendiri. Selanjutnya dalam tatanan
artefak/fisik/kebendaan, telah banyak diketahui tentang betapa
sakitnya bumi dan alam kita.

Adanya ramalan tentang kawasan Bali (Sanur dan
Kuta) yang akan tenggelam, ditelan laut mengindikasikan bahwa bumi
ini memang sudah rusak, karena ulah manusia yang serakah. Banyak
ahli lingkungan yang mengatakan bahwa timbulnya berbagai penyakit
yang kini muncul ke permukaan bumi, disebabkan keseimbangan alam
lingkungan bumi yang rusak. Penyakit tanaman, hewan, dan manusia
yang kini bermunculan (yang sebelumnya tidak banyak dikenal dalam
beberapa dekade yang lalu) karena keseimbangan alam kita yang rusak.

Ada catatan pengalaman di Jepang, di mana pada
suatu waktu pemerintah melarang petani menanam padi. Tujuannya, agar
tidak terjadi produksi berlebihan. Akibatnya, sistem aliran irigasi
tidak berjalan sebagaimana biasanya. Berbagai hewan (mungkin di
antaranya predator) menjadi mati, karena tidak ada air yang cukup.
Hal inilah akhirnya menyebabkan munculnya berbagai macam penyakit di
Jepang yang menyerang penduduk. Kasus itu menunjukkan kepada kita,
tentang perubahan lingkungan yang kecil sekalipun, ternyata dapat
menyebabkan munculnya berbagai penyakit bagi manusia.

Penyakit flu burung yang kini mencuat, tampaknya
tak lepas dari kerusakan lingkungan alam. Termasuk di antaranya,
karena ada 'pemaksaan' terhadap ayam (bangsa burung) untuk bertelur,
beranak, dan berdaging. Dengan demikian genetik ayam akan melemah,
dan muncullah penyakit flu burung. Hal yang analogis pernah terjadi
pada tanaman jeruk di Bali. Karena ada 'pemaksaan' terhadap tenaman
jeruk untuk berbunga dan berbuah, maka genetik tanaman jeruk
melemah. Muncullah penyakit CVPD. Hal yang sepadan tampaknya terjadi
pada manusia, yang berkait dengan kemunculan penyakit HIV/AIDS,
kanker, dan lain-lain.

Dalam berbagai buku sejarah pangan dunia tercatat
bahwa negara maju memang sangat serakah, dan makan terlalu banyak.
Rakyat di negara maju makan biji-bijian, lima kali lebih banyak
dibandingkan dengan rakyat di negara yang sedang berkembang. Namun
biji-bijian itu dimakan melalui ternaknya. Ternaknya diberi makan
jagung, gandum, kacang-kacangan, jagung, dan lain-lain dengan
harapan agar dagingnya menjadi empuk, susunya lebih bergizi, dan
lain-lain. Padahal makanan ternak itu sejatinya bisa langsung
dimakan oleh manusia.

Catatan sejarah pangan ini tampaknya membuktikan
pendapat Mahatma Gandhi bahwa sejatinya secara global penduduk dunia
tidak pernah kekurangan pangan. Ketersediaan pangan selalu lebih
besar dibandingkan dengan jumlah penduduk. Namun, kalau terjadi
kekurangan pangan bagi penduduk, jelas hal itu karena keserakahan
manusia. Karena penduduk negara maju yang serakah, maka harga pangan
akan mahal, dan penduduk yang miskin tidak mampu membelinya. Di
samping itu, sarana dan prasarana angkutan yang tidak sepadan
menyebabkan pula terjadi banyak kelaparan di dunia.

Berkait dengan bahasan di atas, maka filsafat
pembangunan yang lain dari Mahatma Gandhi dan kiranya penting untuk
dilaksanakan adalah bahwa pembangunan harus sebesar-besarnya
diarahkan pada populasi rakyat yang termiskin (anatonda). Filsafat
ini tampaknya sudah banyak dikenal, dan sudah menjadi hiasan bibir
bagi tiap pemimpin kita. Namun dalam kenyataannya, penduduk miskin
tetap saja banyak. Dalam beberapa kasus jumlahnya makin banyak,
meskipun tidak di atas angka standar PBB. Oleh karenanya,
pembangunan harus memihak penduduk miskin, dan bukan memihak kaum
investor (kalangan berduit).

Karena itu, kita harus segera menghentikan
keserakahan kita untuk membabat hutan, mengeksploitasi lahan dan
air. Yang paling penting, para pemimpin bangsa dalam semua level,
haruslah memberikan keteladanan sebagaimana halnya yang dilakukan
oleh Mahatma Gandhi.

No comments: