Saturday, October 20, 2007

Sepertiga Penduduk Indonesia miskin ?

Dear All,

Mari sama-sama mengecek dari mana Angka Penduduk
Miskin 70 Juta? Di salah satu TV swasta belum seminggu
lalu, Syafii Antonio memberi angka ini: Jika, dihitung
dari penduduk Indonesia dengan pendapatan kurang lebih
Rp.150.000,-/bulan, maka angka kemiskinan berkisar 40
juta orang. Bila pendapatan dinaikkan lagi di angka
Rp.750.000,-/bulan, maka penduduk miskin Indonesia
akan mencapai 90 juta orang. Dan, bila dihitung
berdasarkan average UMR (Upah Minimum Regional) maka
penduduk miskin lalu di atas 100 jutaan orang atau
mendekat anka prosentase yang biasa disebut-sebut,
yakni 40 persen.

Penanganan dampak bencana Alam yang tidak effektif,
antisipasi perekonomian global yang sering di luar
ekspektasi (seperti meroketnya harga minyak mentah
dunia), Retorika-retorika politik dalam negeri,
positioning dalam tata pergaulan dunia yang
menimbulkan pertanyaan (antara lain, HAM misalnya),
semuanya akan mengganggu optimisme kita pada recovery
ekonomi. Dede M Chatib Basri memiliki hitung berbeda
soal dampak meroketnya harga minyak mentah dunia yang
berbeda mutlak dengan hitungan Tim Ekonomi Indonesia
Bangkit, hanyalah hal biasa dalam perbedaan landasan
menghitung. Dan, masyarakat sekedar bingung saja.

Meski kita gegap gempita ikut mengumandangkan "END
POVERTY", kita akan menjadi "agent povertizing"
(terhadap yang lain). Bila, gerakan Solidaritas sejati
tidak menjadi aksi, kemiskinan tidak lagi hanya ada
dalam angka stastik. Ia menjadi virus yang mengerikan.

Selamat HARI RAYA IDUL-FITRI, bagi yang belum sempat
kebagian SMS.

wassalam,

berthy b rahawarin
--------------------

http://www.suarapembaruan.com/News/2007/10/17/index.html

SUARA PEMBARUAN DAILY
Hari Penanggulangan Kemiskinan Dunia
Penduduk Miskin 70 Juta

[JAKARTA] Jumlah penduduk miskin di Indonesia
diestimasi mencapai 70 juta jiwa. Versi terbaru
jumlah penduduk miskin di Indonesia itu diungkapkan
Duta Besar Khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
untuk Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium
Development Goals/MDGs) wilayah Asia Pasifik, Erna
Witoelar, dalam rangka peringatan Hari
Penanggulangan Kemiskinan Dunia, yang jatuh setiap
17 Oktober.

Data yang dikutip dari Bank Dunia itu melebihi
jumlah yang dilansir Badan Pusat Statistik (BPS),
yang hingga Maret 2007 tercatat 37,17 juta jiwa,
atau 16,58 persen dari total jumlah penduduk di
Indonesia.

Berkaitan dengan fenomena kemiskinan yang begitu
besar di Indonesia itu, Erna Witoelar di Jakarta,
Selasa (16/10), mengimbau agar organisasi masyarakat
sipil berpartisipasi dalam kampanye internasional
"Stand Up Speak Out Against Poverty and for the
Millennium Development Goals" (Bangkit dan Suarakan
Melawan Pemiskinan dan untuk Pemenuhan Tujuan
Pembangunan Milenium), bertepatan Hari
Penanggulangan Kemiskinan Dunia.

Mantan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah di
era Presiden Abdurrahman Wahid itu mengingatkan,
jumlah penduduk miskin diperkirakan akan bertambah
hingga akhir tahun ini.

Dia mengakui, pemerintah telah mengeluarkan dana
untuk mengurangi kemiskinan hingga mencapai Rp 57
triliun. Tetapi, hingga saat ini program pengurangan
kemiskinan seolah berjalan di tempat, dan di sisi
lain pertumbuhan ekonomi dianggap masih kurang
mendukung program tersebut.

"Pembangunan infrastruktur pedesaan, program
pendidikan dan kesehatan serta penciptaan lapangan
kerja merupakan kata kunci penyelesaian kemiskinan
di Indonesia," ujar Erna Witoelar.

Prakarsa kampanye "Bangkit dan Suarakan" adalah
momentum yang dilakukan di seluruh dunia, dengan
tujuan mengingatkan dan menagih janji para pemimpin
dunia untuk memberikan kesejahteraan kepada seluruh
masyarakat, menanggulangi kemiskinan, dan memastikan
pencapaian MDGs.

Terkait dengan peringatan tersebut, International
NGO Forum on Indonesian Development (Infid) dalam
siaran persnya yang diterima SP, Rabu (17/10)
mengatakan, tuntutan global penghapusan kemiskinan
sangat relevan dengan situasi Indonesia. Walaupun
Indonesia telah menandatangani pakta global MDGs,
dan bahkan telah meratifikasi kovenan internasional
mengenai hak-hak ekonomi, sosial dan budaya, namun
kemiskinan masih merupakan realitas keseharian
sebagian besar rakyat Indonesia.

Pidato pemimpin nasional selalu mengklaim telah
berhasil mengurangi angka kemiskinan dengan
menunjukkan angka-angka statistik. "Namun, setiap
hari pula dijumpai kasus gizi buruk, kelangkaan air
bersih, dan kematian ibu melahirkan akibat
keterlambatan pelayanan kesehatan, kematian akibat
penyakit menular, masih juga terus terjadi,"
demikian Direktur Eksekutif Infid, Donatus Klaudius
Marut. [E-5/M-15]

No comments: