Monday, July 23, 2007

Ilmuwan menemukan obat yang dapat menghapus memori yang tidak diinginkan

(Erabaru.or.id) - Ilmuwan asal AS dan Kanada telah mengembangkan suatu metode yang dapat menghambat atau bahkan menghapus memory yang tidak dikehendaki dalam otak manusia. Peneliti terkait mendapati, mereka dapat menghapus memory spesifik satu-satunya dengan obat, sekaligus dapat memastikan memory lainnya tersimpan dengan baik dan utuh. Ahli saraf mendapati, bahwa dengan memanfaatkan saat yang tepat memasukkan obat yang dapat melupakan sesuatu, dimana ketika kita teringat dengan jalan pikiran tertentu, mereka dapat menghalangi simpanan memory, bahkan membuat memory itu hilang.

Menurut laporan sebuah harian di Inggris, penelitian ini menarik perhatian konsultan parlemen Inggris, dengan tegas mereka mengatakan, sekarang perlu menetapkan standar baru, mengawasi penggunaan obat jenis ini, mencegah jangan sampai obat ini digunakan orang sehat sebagai "obat mujarab darurat".
Namun ilmuwan yang ikut berpartisipasi dalam penelitian ini menegaskan, bahwa obat pelupa mungkin memiliki nilai yang sangat berharga dalam mengobati gejala penyakit seperti tekanan stress karena terluka (hati) dan penyakit mental.

Dalam laporan penelitian terbaru yang diungkapkan di majalah "Psychiatry Research", ahli penyakit jiwa dari Universitas Harvard, Boston, menggunakan obat "menghambat" memory penderita yang terluka.

Profesor Nadher mengatakan, "ketika kita mengingat kenangan lama, memory-memory ini mungkin dalam keadaan belum tersimpan, kemudian harus disimpan kembali."

Nadher menuturkan: "ketika memory menyimpan kembali, kita beri obat yang dapat menolak bagian emosi dalam memory tersebut pada penderita. Ia (obat) membiarkan bagian kesadaran dalam memory tetap tersimpan utuh, sehingga dengan demikian penderita dapat mengingat semua bagian kecil, tapi tidak akan terganggu oleh memory tersebut."

Hasil penelitian ini menunjukkan, memory dapat dikendalikan, sebab fungsi memory bagaikan terbuat dari kaca, dimana dalam proses menciptakan memory menampakkan keadaan lebur, dan setelah itu menjadi padat.

Obat yang digunakan ilmuwan, dipandang dapat mengacaukan jalur biokimia yang membuat memory "mengeras" setelah memory ditarik kembali.

Obat yang digunakan peneliti adalah propranolol, obat ini biasanya dipakai untuk mengobati tekanan darah tinggi penderita penyakit jantung. Namun sudah diketahui dapat mengakibatkan penyakit ingatan. Mereka memakai obat ini dan placebo untuk mengobati 19 korban yang pernah mengalami kecelakaan atau pelecehan seksual selama 10 hari, sekaligus meminta mereka menggambarkan ingatan atas peristiwa yang menggoreskan luka di hati yang terjadi pada 10 tahun silam.

Sepekan kemudian, peneliti mendapati penderita yang menggunakan obat tersebut, tanda-tanda munculnya tekanan stress lebih jarang ketika mengenang kembali luka hati di masa lalu, misalnya detak jantung bertambah cepat dan sebagainya.

Dalam sebuah penelitian baru yang dipublikasikan ilmuwan di Universitas New York, peneliti mengatakan berhasil menghapus memory tunggal dalam otak tikus, sekaligus dapat mempertahankan memory lainnya dengan baik dan utuh.

Penelitian ini menimbulkan kekhawatiran sebagian ilmuwan, mereka khawatir obat yang dipakai untuk mengubah memory mungkin akan digunakan semena-mena oleh orang yang sehat, untuk menghapus memory yang tidak diinginkan.

Laporan baru yang dipublikasikan kantor teknologi dan ilmu pengetahuan dibawah yuridiksi parlemen Inggris memperingatkan, harus menetapkan standar pengawasan penggunaan obat jenis ini dan secara ketat membatasi preskripsinya (resep obat).(Sumber Dajiyuan)

http://www.epochtimes.com/gb/7/7/2/n1761077.htm

No comments: