Wednesday, July 26, 2006

Insiden dan temuan ilmiah terakhir: tanpa protokol pengujian, pangan transgenik bermasalah pada kesehatan

Hira Jhamtani - 20 Jul 2006 17:52
Pengamatan dan pencatatan tentang keamanan pangan transgenik telah dilakukan dalam beberapa tahun terakhir. Berbagai kejadian dan temuan ilmiah yang menimbulkan kekhawatiran tentang keamanan pangan dan pakan transgenik semakin banyak. Namun sejauh ini pihak berwewenang masih mengabaikan atau menegasikan temuan tersebut.

Laporan terakhir dari India menyatakan bahwa ratusan petani di negara bagian Madhya Pradesh yang menangani kapas transgenik Bt jatuh sakit dengan gejala alergi. Sementara paling tidak 1.800 domba mati karena reaksi toksik saat makan sisa-sisa tanaman kapas Bt di empat desa di negara bagian Andhra Pradesh.

Belum lama sebelumnya, penulis juga telah melaporkan kepada pihak berwewenang tentang adanya penyakit serupa dan bahkan kematian penduduk desa di Mindanao Selatan, Filipina, yang dikaitkan dengan pemaparan pada jagung Bt sejak 2003.

Demikian pula sebelum kejadian itu, Dr Irina Ermakova dari Academy of Sciences Rusia melaporkan pada sebuah konferensi ilmiah bahwa 36 persen tikus yang lahir dari ibu yang diberi makan kedelai transgenik, pertumbuhannya amat terhambat dibandingkan dengan 6 persen tikus yang lahir dari ibu yang diberi makan kedelai non-transgenik.

Dalam tiga minggu, 55,6 persen anak dari tikus yang diberi makan kedelai transgenik mati. Tingkat kematian ini adalah enam hingga delapan kali kematian anak dari tikus yang diberi makan kedelai non-transgenik atau makanan tanpa kedelai tambahan.

Ermakova dan tim penelitinya telah melakukan eksperimen ini tiga kali dan selalu mendapatkan hasil yang amat mirip.

Sementara itu, penelitian di Canberra, Australia melaporkan bahwa sebuah protein yang tidak berbahaya dalam kacang ketika ditransfer atau disisipkan ke kacang kapri, menyebabkan inflamasi pada paru-paru tikus dan merangsang reaksi pada protein lain di dalam. Mereka menunjukkan bahwa protein transgenik diolah secara berbeda di dalam spesies asing, sehingga mengubah protein biasa menjadi imunogen yang kuat.

Selain itu, protein transgenik meningkatkan reaksi imunologis terhadap protein berganda lain di dalam makanan. Dengan kata lain, protein transgenik merangsang kepekaan terhadap makanan yang bisa membahayakan.

Hampir semua protein transgenik melibatkan transfer gen ke spesies asing, maka protein itu akan mengalami pengolahan yang berbeda. Oleh karena itu, semua protein transgenik bisa menimbulkan reaksi kekebalan yang serius termasuk alergi. Hal ini tentu relevan dengan kejadian sakit dan kematian yang terkait dengan tanaman Bt.

Meski demikian, tidak satu pun protein transgenik yang diloloskan secara komersial untuk pangan dan pakan diperiksa melalui protokol pengujian seperti yang dilakukan pada protein kacang kapri. Pengabaian ini adalah masalah kesehatan masyarakat yang serius. Seharusnya, pangan dan pakan transgenik segera dilarang sampai penilaian yang benar terhadap potensi imunologis dari semua protein transgenik sudah dilakukan.

Penulis juga perlu menyebutkan serangkaian kajian yang dilakukan oleh para ilmuwan dari Universitas Urbino, Perugia dan Pavia di Italia. Mereka mendokumentasikan perubahan signifikan dalam sel pankreas dan hati tikus yang diberi makan kedelai transgenik. Kemudian mereka membandingkannya dengan kontrol. Beberapa kontrol dibalik, yaitu makanannya diubah dari kedelai transgenik ke kedelai non-transgenik. Hasilnya juga terjadi penurunan dalam transkripsi pada sel-sel testis (organ kelamin jantan) dalam tikus muda yang diberi makan kedelai transgenik dibandingkan dengan yang makan kedelai non-transgenik.

Berikut ringkasan daftar temuan yang menunjukkan bahwa pakan dan pangan transgenik tidak aman.

Penulis adalah Dewan Penyantun Konphalindo.
------------------------------------------
Sumber : http://beritabumi.or.id/artikel3.php?idartikel=190

No comments: