Tuesday, May 11, 2010

Mengimplementasikan SIM RS

SIM RS merupakan Sistem Informasi Manajemen untuk Rumah Sakit, atau juga dikenal sebagai Hospital Information System, merupakan suatu sistem informasi di bidang kesehatan / healthcare. SIM RS biasanya meliputi modul / sub bagian yang sangat banyak, mengingat SIM RS adalah suatu sistem yang terdiri dari sistem - sistem penunjang. Bila saya coba sebutkan diantaranya adalah CRM, e-MR, ADT, Backoffice, Logistic, LIS, RIS, BedManagement, Payment, Retail Obat (Apotik), dll. CRM merupakan suatu sistem yang menangani customer, baik sudah terdaftar / punya nomor RM atau pun belum. e-MR atau electronic Medical Record merupakan suatu manajemen Rekam Medik berbasis electronic, mengingat Indonesia sudah mengakui transaksi secara digital. ADT merupakan registrasi pasien - Admission Discharge - Transfer. Backoffice sering dikenal sebagai bagian Accounting. Logistic merupakan manajemen yang sedikit menyerupai SCM untuk pengadaan barang-barang di rumah sakit.

Sistem-sistem itu secara sendiri-sendiri sudah merupakan sistem yang kompleks, namun masih perlu di orkestrasikan lagi, sehingga akan meningkatkan kompleksitasnya. Yang biasanya saya anggap sebenarnya lucu, adalah pada masa awal-awal implementasi, user baru menyadari bahwa banyak sekali fitur-fitur yang masih perlu ditambahkan. KAlau perlu user-user bernafsu menambahkan fitur sebanyak-banyaknya , sefleksibel mungkin, bahkan kalau perlu menerobos disiplin-disiplin dalam manajemen, seperti ISO katakanlah. Sangat kontras dengan SDM yang nantinya akan mengoperasikan SIM RS tersebut, mereka cenderung kurang / tertinggal dalam hal sistem informasi. Jangankan sistem informasi, untuk menggunakan mouse pun mungkin masih banyak kendala.
Ini menyebabkan resistansi yang meningkat di kalangan user pengguna, terhadap fitur-fitur yang diperkaya oleh user pengendali proyek. Dalam kondisi sangat ekstrim ini bisa mengakibatkan deadlock, sehingga mengarah ke kegagalan implementasi SIM RS.
Hal itu masih diperparah dengan semakin panjangnya waktu implementasi, mengingat vendor dipaksa untuk menerima requirement-requirement baru hasil perkayaan dari user si empunya proyek. Tiga hal ini bila tidak dicarikan solusi atau jalan tengah bisa mengakibatkan kegagalan implementasi.

Namun saya yakin, dimana ada masalah di situ ada solusi. Maka hal yang makin perlu dipikirkan banyak pihak adalah orientasi ke arah Solusi tersebut. Artinya perlu manajemen yang tepat , tegas, dan disiplin, kemudian merumuskan goals-goals utama yang akan dicapai dengan adanya SIM RS. Setelah itu dibangun Solusi berdasarkan Goals tersebut. Sehingga semua pihak bisa satisfied / terpuaskan.

Biasanya jalan tercepat untuk melakukan hal itu adalah menambahkan pihak tambahan, yaitu konsultan untuk memetakan situasi terkini / existing dari Rumah Sakit tersebut. Setelah itu barulah melakukan penataan manajemen untuk bisa mendekati ke ISO. Bila secara manual telah rapi bisnis flownya, maka sistem perangkat lunak akan membantu melakukan konversi dari flow dokumen manual ke sistem digital, sehingga analysisnya bisa dilakukan secara cepat , akurat dan mutakhir. PAra mengambil kebijakan bisa melihat langsung atau mendeteksi kesehatan lembaganya, dan bisa mengambil keputusan-keputusan strategic. Salah satu Vendor yang memasok SIM RS misalnya adalah : PT. Rent@Soft dengan produk Rhinotones- nya.

No comments: