Wednesday, August 20, 2008

Djuwari: Selintas Kisah Panglima Besar Jendral Sudirman

KEDIRI, MINGGU - Djuwari (81), tukang panggul Panglima Besar Sudirman
dalam perang gerliya melawan penjajah, mengaku rela terlupakan. "Kami
hanya berharap generasi muda saat ini bisa menerusan cita-cita
pahlawan untuk bisa bebas dari segala bentuk penjajahan," katanya saat
ditemui di rumahnya di Dusun Goliman, Desa Parang, Kecamatan Banyakan,
Kabupaten Kediri, Jatim, Minggu (17/8).

Sehari-hari dia menghabiskan waktunya di sawah dengan kondisi ekonomi
yang serba pas-pasan di sebuah desa yang berada di kaki Gunung Wilis.
Tak banyak yang tahu mengenai kiprah lelaki tua renta itu dalam
memperjuangkan bangsa Indonesia dari kungkungan penjajah.

Padahal dia salah satu tukang panggul tandu Panglima Besar Sudirman
yang saat itu sedang sakit dalam memimpin perang gerilya di kawasan
selatan Pulau Jawa periode 1948-1949.

Djuwari menuturkan, pada suatu pagi hari pada tanggal 6 Januari 1949,
dia dan tiga temannya, Karso, Warto, dan Joyodari memanggul tandu
panglima perang gerilya itu menuju Dusun Magersari, Desa Bajulan,
Kecamatan Loceret, Kabupaten Nganjuk untuk menghadapi para penjajah.

Mereka berjalan kaki sekitar 30 kilometer dari Dusun Goliman menuju
Dusun Magersari dengan melintasi kawasan perbukitan Gunung Wilis.
"Untuk menempuh perjalanan itu dibutuhkan waktu sehari penuh dengan
beberapa kali istirahat," katanya.

Dalam perjalanan tersebut, Panglima Sudirman dikawal Tjokro Pranolo,
Supardjo Rustam, Suwondo, dan Heru Tjokro bersama pasukan bersenjata
lainnya. Djuwari mengaku bahagia, kendati dalam perjalanan melelahkan
itu dia dan tiga orang rekannya hanya mendapatkan hadiah berupa
sepotong kain panjang dari Panglima Sudirman.

"Saat itu kami merasakan ikut berjuang, meskipun tidak dengan cara
memanggul senjata seperti tentara lainnya," kata satu dari empat
tukang panggul Panglima Besar Sudirman yang masih hidup hingga sekarang.

Selama berada di Dusun Goliman, Panglima Besar Sudirman tinggal di
rumah Badal. Di sebuah ruangan di rumah tersebut, Sudirman dan
beberapa anggota pasukannya menyusun strategi menghadapi penjajah.

Di dalam kamar berukuran 7x3,5 meter yang berada rumah joglo yang kini
ditempati Suwandi itu masih terdapat beberapa perabotan, diantaranya
dipan beralaskan tikar, kendi, cangkir, dan tempayan dari kuningan.

"Kamar ini sudah tidak pernah kami tempati lagi sejak dulu, karena
kami anggap memiliki nilai sejarah perjuangan bangsa ini," kata
Suwandi, salah satu anak Badal.

Selama berada di Dusun Goliman, Panglima Sudirman menyamar sebagai
mantri guru untuk menghindari mata-mata penjajah yang tersebar di
mana-mana. Sayangnya bangunan bersejarah di Dusun Goliman itu hingga
kini tak terawat.

MBK
Sumber : Ant

http://kompas.com/read/xml/2008/08/17/12173319/djuwari.tukang.panggul.jenderal.sudirman.yang.terlupakan.

No comments: