Monday, September 17, 2007

Terminologi Puasa

Puasa diserap dari dua kata Sansekerta, yaitu "upa" = dekat
dan "wasa" = berkuasa. Jadi "upawasa" biasa dilafalkan sebagai
puasa, merupakan cara untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
Bahasa Arabnya shaum atau shiam. Dalam bahasa Inggris "Fasting" yang
diserap dari kata Jerman kuno "fastan" = menggengam. Puasa dalam
bahasa Ibrani tsum, tsom dan "inna nafsyo" yang berarti merendahkan
diri dengan berpuasa, sedangkan dalam bahasa Yunani = nesteuo,
nestis atau asitia/asitos.

Orang melakukan puasa, bukan karena kewajiban atau karena ketentuan
agama saja, bisa juga untuk tujuan Politik, seperti yang dilakukan
oleh Mahatma Gandhi ataupun Martin Luther King Jr. Puasa mereka
lebih dikenal dengan sebutan Demo Mogok Makan.

Begitu juga kita sering diwajibkan puasa demi kesehatan misalnya
sebelum melakukan labor test atau pada saat melakukan detoksifikasi
ataupun para penderita diabetes. Banyak teenager melakukan puasa
karena ingin jadi kurus. Orang berpuasa juga untuk menyatakan rasa
duka. Ada juga orang yang berpuasa sebagai persiapan diri menghadapi
suatu tugas khusus misalnya merasa terpanggil untuk melakukan
sesuatu.

Ada dua bentuk puasa yang bisa dilakukan, yaitu puasa lahir yang
dilakukan secara periodik (dengan cara pantang makan-minum serta
pantang melakukan hal-hal yang disukai) dan puasa batin yang
dilakukan secara berkelanjutan (dengan cara pantang melakukan
kelaliman, ketidakadilan, kekerasan, ketamakan dsb.).

Puasa dilakukan oleh berbagai macam bangsa maupun agama di dunia ini
mulai dari bangsa Tionghoa, Taoisme, Konfusianisme, Mesir, Tibet,
Yunani, bangsa Arab maupun bangsa Yahudi juga mengenal puasa. Hanya
motivasi, bentuk, macam, dan caranya masing-masing agama tentu
berbeda.

Jadi Puasa itu bukan monopoli umat Islam saja. Orang Jawa dari
tradisi Hindu-Buddha mengenal puasa antara lain lewat tapa mutih
(hanya makan nasi tanpa garam tujuh hari berturut-turut), tapa
ngrowot (hanya makan sayur tujuh hari tujuh malam), dan tapa pati
geni (pantang makan makanan yang dimasak dengan api sehari semalam).
Sedangkan Puasa Senin – Kamis berasal dari agama Yudaisme hal ini
dilakukan oleh orang-orang Farisi.

Banyak orang percaya bahwa dengan melakukan Puasa, Sang Pencipta
akan lebih mendengar doa kita, oleh sebab itulah banyak orang
melakukan Puasa untuk meraih atau mendapatkan sesuatu.

Puasa mempunyai akar psikologis yang mendalam, yakni sebagai usaha
pemurnian dan sebagai prasyarat mempermudah pemusatan perhatian
waktu semedi dan berdoa.

Puasa dapat disebut doa dengan tubuh, karena menyangkut seluruh
orang dan tingkah laku rohaninya. Puasa dapat memberikan kemantapan
dan intensitas pada doa, karena dapat mengungkapkan rasa lapar akan
Tuhan dan kehendak-Nya dan dapat bermakna mengorbankan kesenangan
dan keuntungan sesaat, dan dengan Puasa menolong orang untuk
menghindari keserakahan dan bisa merupakan tanda penyesalan,
pertobatan.

Puasa adalah ibadah (atau sebentuk disiplin spritual) guna menguasai
nafsu kedagingan ("menyangkal diri"), sehingga kita bisa lebih dapat
peka dengan kehadiran Sang Pencipta, lebih dekat dengan Dia. Dan
yang terpenting dari segalanya puasa harus disertai dengan ketulusan
hati; sebagai bagian dari ibadah kita kepada Sang Pencipta. Karena
itu jangan berpuasa demi mendapat pujian dari orang lain.

Banyak pelajaran yang dapat dipetik dari puasa. Sekurang-kurangnya,
kita diingatkan kembali oleh Sang Pencipta arti penting hidup
bersama dengan manusia lainnya. Dengan kata lain, makhluk sosial ini
tidak akan bisa hidup tanpa ada hubungan baik dengan sesamanya.

Ketika puasa, kita dapat merasakan pahit getir menahan lapar dan
dahaga. Padahal penderitaan ini hanya sesaat, yaitu sejak terbit
fajar sampai tenggelam matahari. Buat fakir miskin kesengsaraan ini
dijalani sepanjang hayatnya. Melalui cara ini, mata batin kita akan
peka, naluri ingin menolong akan semakin sensitif dan kepedulian
kita kepada semua manusia akan semakin baik.

Mang Ucup
Email: mang.ucup@gmail.com
Homepage: www.mangucup.net

No comments: