Monday, March 26, 2007

Ribuan Buku Sumbangan ditahan oleh Bea Cukai

mau sharing pengalaman cerita aja,..

Teman2 kita, di PPI Leiden taun kmrn sbg salah satu program kerja, sempat
juga menghimpun buku2 sumbangan, dlm rangka membantu rekonstruksi dan
rehabilitasi Aceh pasca tsunami dibidang pendidikan. Bekerja sama dengan
universitas Leiden, Groningen dan Eindhoven, berhasil terkumpul 2.869 buku
dari berbagai disiplin ilmu.

Sungguh disayangkan, niat baik ternyata ga selalu lancar disambut. Bbrp
minggu setelah pengiriman, kita mendpt kabar dr contact person di UNSYIAH
bahwa buku2 tersebut ga bisa diambil dan di "sandera" oleh pihak bea cukai
bandara Polonia. Pdhl biaya pengirimannya konon sudahlah lunas dan telah
disertai pula dgn surat pengantar dari Adikbud KBRI Belanda.

Walaupun sudah bolak balik dilengkapi dgn berbagai surat resmi, antara lain
tembusan ke:

a. Menteri Keuangan Republik Indonesia

b. Kepala Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi Nangroe Aceh Darussalam dan
Kepulauan Nias

c. Direktur Jenderal Bea Cukai Departmen Keuangan

d. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional

e. Rektor Universitas Syah Kuala di Banda Aceh

f. Kuasa Usaha Ad Interim Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Den
Haag

g. Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI di Den Haag

h. Arsip

Pihak bea cukai teteup pd akhirnya bersikeras menahan, dgn alasan kurangnya
surat pengantar dari Menteri Pendidikan,. . bayangkan.. wuihh... ada2 aja..
buntut2nya.. ya itu2 jg.. menawarkan "damai" dgn meminta "tebusan" Rp 10
Juta... :(

Segala usaha pun dilakukan pd akhirnya utk "membebaskan" buku2 itu,... dari
nyusun press release,

Luiss
dari PPI-Leiden.

-------------------------

Ribuan Buku untuk Unsyiah Ditahan di Medan
* Bea Cukai Minta Tebusan

[ rubrik: Serambi Nusa | topik: Pemerintahan ]


BANDA ACEH - Kantor Bea Cukai Medan sudah sepekan menahan 2.869 buah buku bantuan tiga universitas di Belanda untuk Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. Untuk mengambil buku tersebut pihak Bea Cukai mempersulit dengan berbagai syarat dan terakhir malah syarat itu tidak diperlukan lagi, tapi harus ditebus Rp 10 juta.


Kasus “penyanderaan” buku bantuan untuk Unysiah diungkapkan KTU Perpustaan Unsyiah, Drs Jalaluddin, MPd kepada Serambi, Rabu kemarin. Menurut dia, buku seberat 1.821 kg itu yang dikirim via pesawat kargo langsung dari Belanda sudah sampai di Bandara Polonia Medan (20/5) lalu. Namun, baru pekan lalu pihak kargo Polonia Medan memberitahukan Unsyiah.

Karena sudah beberapa hari tiba di Medan, kata Jalal, dia mendapat tugas dari Unsyiah untuk menjemput buku-buku bantuan itu. Namun, tak disangkanya kalau proses pengambilan buku itu dipersulit dengan berbagai syarat atau minta ditebus Rp 10 juta dan belum lagi bayar jasa gudang sekitar Rp 500 ribu perhari. “Saya tidak punya uang untuk itu dan pulang ke Aceh tanpa bawa apa-apa,” katanya.

Menurut Jalaluddin, pada awalnya, setelah mendapat dukumen kiriman dari Belanda dari kargo, dia sempat diberitahukan dari pihak kargo bahwa menurut Kepala Bea Cukai Medan pengirim buku itu bebas dari bea dan boleh segera dibawa pulang ke Aceh. Namun, ketika dia membawa dokumen itu kepada Wakil Ketua Kajati Sumut, pertama diminta harus ada surat jemputan dari Unsyiah. Setelah ada surat itu, mereka malah mengatakan tidak cukup harus ada surat dari Kejaksaan Tinggi Sumut.

Namun, setelah ada surat dari Kejati Sumut tiga hari kemudian, Wakil Kepala Cukai Medan malah mengatakan belum cukup dan harus ada surat dari Menteri Pendidikan RI. Merasa dipermainkan, Jalal mengatakan tak mungkin dia akan ke sana untuk mengurus surat itu. “Kalau tak ada surat Menteri Pendidikan boleh diganti dengan uang Rp 10 juta saja. Buku itu boleh langsung bisa dibawa pulang,” kata Jalal mengulangi ungkapan pihak bea cukai tak habis pikir.

Pembantu Rektor I, Dr Darni Daud ketika dihubungi menyangkut ditahan buku itu mengatakan prihatin. Karena buku bantuan tsunami untuk Unysiah itu merupakan hasil yang dikumpulkan Universitas Leiden bersama dengan perhimpunan pelajar Indonesia (PPI) di Belanda. Mereka berhasil mengumpulkan 2.869 buku dari tiga universitas. Masing-masing dari Universitas Leiden sebanyak 263 buku, Univer-sitas Groningen sebanyak 1.383 buku dan Universitas Teknologi Eindhoven sebanyak 1.223 buku.

Padahal pengiriman itu, kata Darni, dilakukan secara resmi oleh Atase Pendidikan dan Budaya KBRI di Belanda, M Muhajir. Ongkos pengiriman sudah ditanggung dari sana, namun, kenapa pihak Bea Cukai Medan mempersulit dan menahan buku bantuan untuk mata kuliah kedokteran dan teknik Unsyiah itu. “Saya sedih, buku bantuan kok dipersulit dan minta tebusan. Kalau penyumbang tahu kan malu kita. Saya berharap pihak bea cukai segera menyerahkan itu kepada Unsyiah,”ungkap Dr Darni prihatin. (hel)

--------------
From : http://www.serambinews.com/index.php?
aksi=bacaberita&beritaid=17646&rubrik=2&topik=12

No comments: