Wednesday, November 29, 2006

Clipper never DIE

Dear Bung Albert dan rekan2,

Maaf, baru nimbrung sekarang walau sudah agak terlewat, soalnya saya
baru sempat membaca thread Clipper-dbf hari ini :-(

----- Original Message -----
From: Albert Siagian [asiagian@gmx.net]

> Limitasi Clipper sih sudah jelas, yaitu produk mati. Memang sih ada beberapa
> fans berat Clipper yang berusaha bikin modul-modul tambahan, agar bisa
> beradaptasi dengan environment saat ini. Tapi jelas bukan pilihan utama
> untuk pembuatan aplikasi baru di penghujung tahun 2006 ini.

Clipper sebagai compiler memang boleh dibilang produk mati; namun
Clipper sebagai bahasa pemrograman rasanya boleh dibilang masih hidup
hingga saat ini.

Sebenarnya ada sekian perkembangan di Clipper (bahkan sejak belasan
tahun lalu) yang saya lihat mungkin belum banyak diketahui orang,
sehingga pandangan umum tentang Clipper harus dievaluasi ulang;
diantaranya:

Clipper bisa digunakan untuk OOP (walau ada keterbatasan) dengan
Class(y). Saat ini sudah dirilis freeware di
http://www.appsolutions.com/Classy/

Clipper juga bisa menghasilkan protected-mode applications (16MB dan
4GB) dengan bantuan linker2 seperti:
- Blinker (http://blinkinc.com/)
- Exospace (bundled dengan CA-Clipper 5.x)
- Causeway (http://www.devoresoftware.com/freesource/mainsrc.htm)

Clipper bisa menggunakan arsitektur Client/Server dengan teknologi
RDD. Anda bisa gunakan:
- Advantage Database Server (http://www.advantagedatabase.com)
- Fortress Xbase Server (http://www.grafxsoft.com/fortress.htm)

Dengan cara ini, SERVER-lah yang membuka dan memilah data; sehingga
hanya data yang diperlukan sajalah yang akan dikirim via jaringan.
Karena Server yang membuka data, asalkan Server tidak hang/mati saat
update data, integrity data dan index terjamin. Juga Anda tidak perlu
melakukan folder sharing atas database, sehingga security lebih
terjamin (user tidak bisa akses data langsung lewat Excel atau tools
lain).

Clipper juga bisa terhubung dengan SQL Server (Oracle, MS SQL Server,
ataupun Sybase SQL Anywhere). Anda bisa gunakan:
- Mediator for Oracle (http://www.otc.pl/en/md_ora.html)
- Mediator for MS SQL Server (http://www.otc.pl/en/md_ssv.html)
- Mediator for Sybase SQL Anywhere (http://www.otc.pl/en/md_sas.html)
- SQLExpress for Xbase++ (http://www.sqlexpress.net/)

Bila Anda masih ingat DBT/FPT sangat buruk (bloating dan sering
corrupt), saat ini Clipper mampu menangani BLOB/Memo dengan baik.
Gunakan FlexFile III (http://www.grafxsoft.com/2flex.htm). Nyaris
semua type data (kecuali Codeblock), termasuk multi-dimensional array
dan objects bisa disimpan ke dalamnya. Plus fitur kompresi yang baik.

Untuk Windows-based environment, ada berbagai alternatif:
- Alaska Xbase++ (http://www.alaska-software.com/)
- FiveWin
- Clip4Win (sayangnya ini kelihatannya sudah terbengkalai)

Untuk cross-platform, bisa mencoba Harbour Project dan xHarbour:
- http://www.harbour-project.org/
- http://www.xharbour.org/ dan http://www.xharbour.com/

Saya harapkan sekelumit informasi di atas bisa berguna bagi para
pemakai Clipper. Masalah Clipper bakal tetap menjadi pilihan utama
untuk pembuatan aplikasi baru (apalagi yang mission-critical) di jaman
sekarang ini, itu ya terserah Anda :-)

Phew, sungguh kenangan yang indah. Bener2 hari Clipper buat saya nih :-)

--
Salam,
Hian
http://hianoto.net - Clipper, Delphi, MDaemon, Windows
http://weblogs.hianoto.net - Blog Makan2, Jalan2, IT, Keuangan, Dunia Kerja

Gaji Pensiun Akan Dihapus

* Diganti Uang Pesangon

* Diusulkan Menneg PAN

SEMARANG - Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (Menneg PAN) Taufik Effendy mengusulkan agar pembayaran uang pensiun bagi PNS/mantan anggota legislatif dihapuskan. Sebagai gantinya, mereka diberikan pesangon pada saat pensiun. Hal itu diungkapkannya usai acara pisah sambut Rektor Undip di Gedung Prof Sudarto, Tembalang (27/11). Usulan itu dilontarkan Taufik bukan tanpa alasan. Pasalnya, selama ini, setiap bulan negara harus mengeluarkan Rp 6 triliun -7 triliun untuk membayar gaji mereka.

''Terus terang hal itu sangat berat. Dan jangan lupa, setiap PNS yang diangkat, negara harus menanggung membayar pensiun mereka selama 50-70 tahun. Lagi pula, yang menerima juga tidak happy.''

Taufik mencontohkan, seorang pensiunan PNS yang hanya menerima gaji Rp 700.000/bulan. Jumlah tersebut, lanjutnya, tidak cukup untuk menutup kebutuhan hidup. ''Uang pensiunan Panglima TNI yang notabene jenderal bintang empat saja hanya Rp 1,3 juta,'' ujarnya.

Investasi

Asumsi Taufik, jika uang pensiun itu diberikan sekaligus di muka (misalnya sebesar Rp 50 juta atau Rp 200 juta), dapat dijadikan modal usaha atau kerja sama dengan asuransi.

''Dengan begitu, investasi akan tumbuh, kesejahteraan juga akan meningkat seiring munculnya perusahaan-perusahaan.'' Kalau hal tersebut dapat dilaksanakan, tambahnya, kita tidak akan meninggalkan beban kepada generasi yang akan datang.

''Negara untung, yang menerima juga happy.'' Taufik mengaku, sudah menyampaikan usulannya itu kepada Presiden SBY secara informal. Kendati demikian, dengan mengangkat persoalan ini ke media massa, ia mengaku, siap menerima berbagai pendapat baik yang pro maupun kontra.

Hal lain yang dilakukan untuk mengurangi beban pembayaran gaji PNS adalah dengan perampingan alami yakni pensiun. Dipaparkannya, jika setiap tahun ada 120.000-150.000 PNS yang pensiun, maka lowongan PNS yang dibuka hanya untuk 30.000-40.000 orang.

Ia menilai, saat ini jumlah staf administrasi terlalu banyak. 65% dari mereka pun tidak bekerja secara efektif. Bahkan ada seorang menteri yang mengeluh kepadanya atas kinerja mereka yang tidak produktif. Si menteri tersebut, ungkap dia, bahkan mengusulkan agar separo dari bawahannya dirumahkan saja. ''Sebenarnya, tenaga administrasi dapat digantikan dengan teknologi.'' Namun perampingan itu, imbuh dia, bukanlah untuk profesi guru atau perawat. (H11,H31-64v)


Sumber : http://www.suaramerdeka.com/harian/0611/28/nas05.htm

Saturday, November 18, 2006

Pemberangusan Serikat Pekerja di Harian Kompas !!!

Dari: siswantini suryandari
Tanggal: 2006 Nov 18 11:08
Judul: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Pemberangusan Serikat Pekerja di Harian Kompas !!!

Saya prihatin atas peristiwa yang menimpa Mas Wis,
yang telah bersusah payah memperjuangkan hak-hak teman
di Kompas.
Dan bila harus dibuang ke Ambon, kok kesannya seperti
tahanan politik yang harus disingkirkan.

Dua minggu lalu, saya bertemu dengan wartawan Kompas,
dan ia menceritakan tentang kemelut di perusahaannya.
Dengan perasaan gembira ia mengabarkan kepada saya
bahwa perjuangan untuk mendapatkan deviden 20% bisa
berhasil (walaupun harus kehilangan saham).
Namun saya sempat menanyakan kepada teman tersebut,
apakah semudah itu perusahaan akan meloloskan
permintaan para karyawan? Pasti akan berbuntut ke
pengadilan.

Ini merujuk kepada pengalaman yang dialami di berbagai
perusahaan surat kabar. Tidak ada satupun perusahaan
surat kabar yang memiliki serikat pekerja. Telah
banyak korban yang harus keluar (dipecat) dari tempat
mereka bekerja gara-gara melontarkan ide membentuk
serikat pekerja.
Saya ingat kata-kata almarhum Valens Doy, wartawan
senior Kompas yang pernah mengatakan kepada saya:
''Kamu harus siap masuk ke wilayah yang isinya
orang-orang yang melanggar demokrasi. Tidak ada
demokrasi di surat kabar.''
Kalimat itu semula tidak saya percayai. Mengapa para
wartawan yang selama ini giat menyuarakan kepentingan

masyarakat, justru di organisasinya tidak ada
demokrasi.
Namun setelah saya menjalani profesi tersebut lebih
dari 10 tahun, saya benar-benar merasakan bahwa
demokrasi sengaja tidak ditumbuhkan.
Ada teman membuat polling perlu tidak serikat pekerja,
langsung diminta OUT. Pendapat yang berbeda pun bisa
dianggap pembangkang, dll.
Dan pada akhirnya banyak karyawan yang akhirnya
menempuh jalan ke pengadilan untuk menuntut
perusahaan. Ada perusahaan yang harus menelan
kekalahan telak, dan wajib membayar ganti rugi
Saya sempat menanyakan kepada beberapa orang yang
tidak setuju dengan adanya serikat pekerja. Alasannya,
perusahaan tidak mau merugi karena bila ada PHK
terhadap karyawan, perusahaan harus memberikan
kompensasi kepada karyawan sesuai UU Tenaga Kerja.
Dengan tidak ada SP, maka perusahaan bisa menentukan
sesuai dengan keinginan pemilik perusahaan. INTINYA
tidak mau rugi.
Padahal kehadiran SP ini sebagai mediasi untuk
menyelesaikan konflik antara karyawan dengan
perusahaan. Namun selama ini ada anggapan SP menjadi
sebuah kendaraan politik karyawan untuk memeras
perusahaan. Sehingga perusahaan pun buru-buru
memberangus organisasi tersebut.
Padahal kenyataannya, gaji wartawan Indonesia masih di
bawah UMR (pernah ditulis di milis ini).

Bukankah sudah menjadi kebiasaan, kalau perusahaan
untung, maka tidak pernah dikabarkan berapa besar
keuntungannya.
Bila perusahaan rugi, mereka akan melakukan jumpa pers
dengan karyawan dan diminta untuk mengerti kondisi
perusahaan.
Ini seperti yang dialami Mas Wis dengan upaya
mendapatkan 20% deviden.
Adapun pembuangan Ambon, itu sama saja sebagai tanda
bahwa ybs diberi opsi apakah anda akan memilih menjadi
karyawan Kompas atau keluar.
Tindakan semacam itu memang sangat lazim di mana pun.

Selamat berjuang.....

--- Satrio Arismunandar
wrote:

> From: bambang wisudo bambangwisudo@yahoo.com
> (wartawan Harian Kompas)
>
> Untuk kawan-kawan yang setia,
>
> Saya bermaksud minta dukungan kawan-kawan terhadap
> kasus yang menimpa diri saya selaku sekretaris
> Perkumpulan Karyawan Kompas, serikat pekerja resmi
> di Harian Kompas.
>
> Baru-baru ini kami pengurus berhasil memaksa
> perusahaan bernegosiasi soal kejelasan kepemilikan
> saham kolektif karyawan Kompas. Kesepakatan telah
> ditandatangani. Meski kami kehilangan saham, kami
> bisa memperoleh jaminan untuk memperoleh deviden 20
> persen. Tapi sebelum kesepakatan dilaksanakan,
> minggu lalu muncul keputusan, empat orang pengurus
> dimutasi. Saya akan dibuang ke Ambon.
>
> Kawan-kawan tahu, bahwa ini pelanggaran serius
> terhadap UU Serikat Pekerja. Pembuangan saya sebagai
> aktivis SP jelas dengan maksud memberangus gerakan
> pekerja yang kami rintis sejak 1998. Menurut UU itu,
> pelanggarannya dikategorikan sebagai tindakan pidana
> dengan ancaman hukuman lima tahun penjara atau denda
> Rp 100 juta. Saya telah memutuskan untuk melakukan
> perlawanan. Saya akan membawa kasus ini ke pidana
> dan perdata.
>
> Berhubung usia saya yang sudah makin tua, tentu saja
> saya tidak bisa melawan sendiri. Di tubuh intern
> Kompas, saya sulit memperoleh solidaritas yang
> dinyatakan eksplisit. Mereka takut, termasuk
> sebagian besar dari anggota AJI di sana yang
> jumlahnya sangat sedikit. Saya minta tolong pada
> kawan-kawan untuk melakukan advokasi. Masalah ini
> telah bicaraan dengan pengurus AJI Indonesia dan AJI
> Jakarta. Minggu depan saya resmi membuat pengaduan.
>
>
> Terima kasih
>
> P Bambang Wisudo
> Koordinator Divisi Etik dan Profesi AJI

Ambiguity-Tolerance : Ciri Sistem Cerdas ?

Sampai tahun 1962 proyek Machine Translation sebanyak 48 di seluruh
dunia, 12 diantaranya di Amerika Serikat dengan dana yang dikucurkan
sekitar 20 juta USD. Hasil yang dicapai tidak memenuhi sasaran yang
dicanangkan pada 1954 sebagai Fully Automatic High Quality
Translation. ALPAC yang didirikan oleh National Science Foundation
pada tahun 1966 melaporkan bahwa terjemahan mesin lebih lambat, kurang
cermat dan dua kali lebih mahal daripada terjemahan manusia, dan
menganjurkan agar jangan menanam modal ke proyek itu lagi. [Bambang
Kaswanti Purwa : 1988]
Meskipun demikian, penelitian di Rusia berlangsung terus, dan
merupakan yang paling maju.
Perkembangan selanjutnya merupakan gabungan antara system analisis
semantik mutakhir, dengan intelegensia buatan, dan system interaktif
(bantuan manusia).

Kegagalan ini sebenarnya pada intinya adalah disebabkan oleh
keambiguan di dalam bahasa alami. Keambiguan yang bisa terjadi menurut
Bambang KP, adalah :
-keambiguan kategori
-keambiguan makna
-keambiguan struktural (lihat Hutchins 1982:28)

Sedang menurut Newmark (1987:218-220) mengidentifikasi 5 macam keambiguan :
- keambiguan pragmatic
- keambiguan kebudayaan (cultural)
- keambiguan idiolektual
- keambiguan rujukan (referensial)
- keambiguan metaforik.

Dapat ditambahkan lagi dua macam keambiguan menurut sumbernya, yaitu
keambiguan fonologis dan ejaan.[ P.W.J. Nababan : 1988].
Kesulitan pokok yang dijumpai dalam membangun system Pemrosesan Bahasa
Alami adalah diakibatkan oleh rumitnya pemodelan interpretasi
gramatika secara otomatis.

Dalam persoalan yang dinamis dibutuhkan suatu pengendalian system
program yang dapat menjamin konsistensi dari data dan prosesnya pada
waktu terjadi perubahan. Untuk itu dibutuhkan suatu strategi data dan
strategi proses yang memiliki tingkat keluwesan yang tinggi. Bidang
kajian strategi yang ini termsuk ke dalam intelegemsia buatan.
[Iping Supriana : 1988].

Dari sini dapat kita tarik simpulan bahwa ada korelasi antara
"ambiguity" dan intelegensia. Kemampuan untuk menerima toleransi
keambiguan merupakan parameter level kecerdasan suatu sistem cerdas.
Hal ini dikarenakan sistem cerdas dapat menjabarkan pengetahuan ,
dimana kemudian dapat memperhitungkan konteks kebahasaan dan situasi
pragmatic, dalam kasus pemrosesan bahasa alami.


Kalo boleh dibalik, untuk membangun sistem cerdas, diperlukan untuk
bisa menyerap keambiguan dengan toleransi tertentu.
Ambiguity-tolerance di sini saya kira lebih daripada "pattern
recognition" untuk mengenal terjadinya "kontaminasi" (istilah
psikologi) ataupun garbage in dalam suatu sistem, namun bahkan bisa
melakukan sintesis-evaluasi pada ambigu ini, bahkan bisa melakukan
decision untuk mengeluarkan output ambigu juga.

Thursday, November 16, 2006

Minuman penyebab penyakit sistemic lupus erythematosus (SLE)

Rabu, 15 Nov 2006,
Kombet Rilis Minuman Berbahaya

http://www.jawapos. co.id/index. php?act=detail_ c&id=256676

JAKARTA - Hati-hati mengonsumsi minuman dalam kemasan. Terutama minuman
berjenis isotonik. Zat pengawet yang ada dalam minuman kemasan itu sangat
berbahaya. Salah satunya dapat menyebabkan penyakit sistemic lupus
erythematosus (SLE) yang menyerang sistem kekebalan tubuh.

Komite Masyarakat Antibahan Pengawet (Kombet) kemarin merilis hasil risetnya
terhadap 28 minuman dalam kemasan. Yang paling banyak diteliti adalah
minuman isotonik. "Ternyata sebagian besar minuman dalam kemasan mengandung
bahan pengawet yang membahayakan tubuh," kata Ketua Kombet Nova Kurniawan
saat konferensi pers di Hotel Sari Pan Pasific kemarin.

Penelitian Kombet yang disupervisi Lembaga Penelitian Pendidikan dan
Penerangan Jakarta itu dilakukan di tiga laboratorium, yakni di Sucofindo
Jakarta, M-Brio Bogor, dan Bio-Formaka Bogor. Ada dua zat pengawet yang
dicari dalam minuman kemasan, yakni natrium benzoate dan kalium sorbet.
Riset tersebut dilakukan 17 Oktober hingga 3 November 2006.

Hasilnya, minuman dalam kemasan diklasifikasi dalam empat kategori. Kategori
pertama adalah produk yang tidak ditemukan bahan pengawet natrium benzoate
dan kalium sorbat. Yakni, Pocari Sweat, Vita-Zone, NU Apple EC, Jus AFI, dan
Sportion.

Kategori kedua, produk yang memakai pengawet natrium benzoat dan
mencantumkannya di label kemasan. Minuman yang masuk kategori ini adalah
Freezz Mix, Ize Pop, Nihau Orange Drink, Zhuka Sweat, Amazone, Kino Sweat,
Arinda Sweat, Arinda Ice Coffee, Cafeta, Vzone, Pocap, Amico Sweat, Okky
Jelly Drink, Deli Jus, dan Fruitsam.

Ada juga minuman yang mengandung dua pengawet, natrium benzoat dan kalium
sorbat, tetapi hanya mencantumkan satu jenis pengawet. Yakni Mizone,
Boy-zone, dan Zegar Isotonik. Yang paling parah adalah minuman yang
mengandung pengawet, tapi tidak mencantumkannya dalam label kemasan. Minuman
tersebut adalah Kopi Kap, Jolly Cool Drink, Zporto, Jungle Juice, Zestea,
dan Mogu-mogu.

"Kategori ketiga dan keempat masuk dalam kategori pembohongan publik. Dirjen
Pengawasan Obat dan Makanan Depkes harus bertindak tegas dan menarik produk
tersebut dari pasar," kata Nova.

Kombet berencana melakukan class action terhadap BPOM karena mengeluarkan
izin minuman berbahan pengawet yang membahayakan manusia. Produsen minuman
juga dianggap melanggar Permenkes 722 Tahun 1988 tentang Bahan Tambahan
Makanan. Juga UU No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, serta UU No
7 Tahun 1996 tentang Pangan. "Jalur hukum sedang disusun berkasnya,"
katanya.

Peneliti Lembaga Konsumen Jakarta (LKJ) Nurhasan yang ikut dalam konferensi
pers kemarin mengatakan, perkembangan penyakit lupus meningkat tajam di
Indonesia. "Tahun ini saja, di RS Hasan Sadikin Bandung sudah terdapat 350
orang yang terkena SLE (sistemic lupus erythematosus) ," jelasnya.

Penyakit tersebut merupakan peradangan menahun yang menyerang berbagai
bagian tubuh, terutama kulit, sendi, darah, dan ginjal. Hal itu disebabkan
adanya gangguan autoimun dalam tubuh.

Sistem kekebalan tubuh seseorang yang seharusnya menjadi antibodi tidak
berfungsi melindungi, tapi justru sebaliknya, menggerogoti tubuh sendiri.
Gejalanya, kulit membengkak, kencing berdarah atau berbuih, gatal-gatal, dan
sebagainya. "Penyakit ini menyebabkan kematian dan belum ada obatnya,"
terang Nurhasan.

Penyakit lain yang disebabkan bahan pengawet minuman dalam kemasan adalah
kanker. "Karena itu, produsen minuman kemasan sebaiknya memperhatikan hak
konsumen untuk sehat. Caranya dengan memperpendek masa kedaluwarsa atau
menghilangkan sama sekali bahan pengawet dalam minuman kemasan," kata
Nurhasan. (tom/fal)

Friday, November 10, 2006

Lumpur Lapindo : Ilmuwan Rusia Tawarkan Tutup

Jakarta, Kompas - Pavel V Korol (49), ilmuwan dan praktisi pertambangan asal Rusia, telah mengajukan proposal ke sejumlah kementerian di Indonesia untuk menghentikan semburan air dan lumpur di Sidoarjo, Jawa Timur.

Pavel, Minggu malam lalu di Jakarta menegaskan, 90 persen risiko akan ditanggungnya. Pemerintah Indonesia tidak perlu membayarnya jika teknologi yang ditawarkan itu gagal mematikan semburan lumpur yang telah menenggelamkan empat desa, dan mengakibatkan sekitar 12.000 jiwa harus mengungsi itu.

"Terus-terang sekarang ini pesoalannya seperti persoalan politik bukan? Kalau tidak diambil sampai kapan masyarakat di sana akan terus menderita? Karena itu saya mengajukan proposal ini. No cure no pay! (kalau tidak selesai masalahnya tidak perlu bayar)," kata Pavel menegaskan kepada Kompas bahwa ia sangat serius dengan tawaran teknologinya.

Ia didampingi Duta Besar Indonesia untuk Rusia, Susanto Pudjomartono, dan Irzal Chaniago, Presiden Asosisasi Teknologi Adiguna Rusia-Indonesia (Astari). Secara khusus, Pavel juga sudah meninjau sejumlah lokasi semburan lumpur di Sidoarjo pekan lalu.

Tiga teori

Ia menjelaskan tiga hal mendasar dari teknologi yang ditawarkannya. Pertama ia tidak sependapat bahwa kejadian semburan lumpur di Sidoarjo sebagai bagiandari aktivitas gunung lumpur atau mud volcano yang umumnya diterima publik.

Karena itu, semburan lumpur itu masih mungkin dikendalikan, dan dimatikan alirannya. Masalah seperti itu, adalah kajadian atau kasus yang tidak luar biasa.

"Tetapi kalau terus dibiarkan, sudah jelas risikonya, yaitu makin banyak orang menderita, dan mungkin ia akan menjadi mud vulcano," kata Pavel.

Kedua, teknologi yang ditawarkannya adalah gabungan penggunanaan tekanan yang sangat besar (sekiar 1.000 atmosphere/ATM), dan teknologi "selubung payung". Jika selama ini teknologi tekanan besar digunakan justru untuk "memompa" kandungan bumi seperti minyak dan gas, tekanan udara yang digunakannya justru untuk menghentikan semburan air dan lumpur tadi ke atas.

Sedangkan yang dimaksud selubung payung (dia menyebut nya teknologi umbrella), adalah lapisan-lapisan selubung dari bahan polimer pada radius tertentu mengelilingi atau di sekitar lubang-lubang semburan lumpur. Zat polimer, diketahui merupakan "adonan" yang akan berubah menjadi keras menyerupai karet pada saat kering. Tentu saja, "lapisan" atau "konstruksi" payung itu letaknya di kedalaman tertentu, sekitar 3.000 kaki.

Kalau aliran lumpur tidak tertutup juga, maka akan dibuat payung kedua, ketiga, dan seterusnya pada kedalaman dan lokasi berbeda. Tujuannya untuk menutup rekahan-rekahan batuan/lapisan tanah yang sudah menjadi aliran lumpur atau yang belum jadi "jalan" aliran lumpur.

Langkah pembuatan payung (lihat grafis), dimulai dengan membuat jendela (bukaan) masing-masing 3.000 kaki, mengebor lajur tepi (sidetrack), hingga 3.500 kaki, memasang cashing, masing-masing 3.500 kaki, mengebor bagian lateral (menyamping) sepanjang 500 meter ke depan, meretakkan/memecahkan batuan secara hidrolik dan mengisinya dengan "semen" dari polimer tadi.

Pada saat seluruh "radius" ledakan/rembesan lumpur sudah terkendali oleh payung polimer, pada saat itulah lubang semburan yang utama mulai ditangani dengan menutupnya dengan hydro-packing bertekanan besar, serta polimer.

"Teknologi yang ditawarkan ini menggunakan cara berpikir tebalik. Dia justru menggunakan hydro packing dan tekanan tinggi menahan semburan dari dalam," kata Irzal menambahkan.

Pembiayaan
Pavel menjelaskan, proposal itu telah diajukannya ke depan staf ahli Menteri Negara Lingkungan Hidup (LH) Rachmat Witoelar, dan staf ahli Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro pekan lalu.

"Proposal ini pada dasarnya 90 persen risiko pada saya. Nilai 90 persen itu dibayar jika pekerjaan selesai, dan lumpur mati," katanya.

Sedangkan 10 persen yang harus disediakan pemerintah atau Lapindo, sepenuhnya hanya untuk mendatangkan peralatan, dan SDM yang menangani teknologi. Belum termasuk fee untuk Pavel dan timnya.

Nilai 10 persen sebagai uang muka itu, ,jumlahnya sekitar 50.000 dollar AS. "Tidak besar, dibanding jumlah yang telah dikeluarkan Lapindo tiap hari," katanya.

Kedatangan Pavel ke Indonesia, diakui oleh Susanto Pudjomartono atas inisitifnya. Ilmuwan yang malang melintang di berbagai perusahaan pertambangan Kanada, AS, Siberia, Kazakstan, maupun Kamzatka itu, sebelumnya bertemu dengan mantan Dubes Indonesia untuk Rusia Rachmat Witoelar. Lalu Witoelar dan Susanto sepakat, untuk memperkenalkan Pavel membantu mengatasi semburan lumpur.

"Apa yang bisa kami lakukan, kami lakukan. Ini demi bangsa kita yang terus menderita akibat bencana lumpur ini. Apalagi Bapak Presiden akan berkunjung ke Rusia 30 November-1 Desember nanti," kata Susanto.

Irzal mendukung langkah Susanto, karena tawaran Pavel merupakan bagian dari alih teknologi antarkedua bangsa. (HRD)
------------------

KOMPAS
Kamis, 26 Oktober 2006

Thursday, November 9, 2006

JIKA MESIN KENDARAAN TIBA-TIBA MATI DITENGAH REL

Mengapa jika mesin kendaraan bermotor tiba-tiba mati
di lintasan rel kereta api sulit dihidupkan lagi ?
Ternyata itu disebabkan adanya pengaruh gesekan
antara roda kereta dengan relnya. "Jadi, bukan
semata-mata karena sopirnya gugup sehingga tidak
bisa menghidupkan mesin kendaraannya, " kata Dr Ir.
Djoko Sungkono, kepala Laboratorium Motor Bakar
Teknik Mesin Institut Teknologi Surabaya (ITS).

Selama ini sering terjadi kendaraan bermotor
tiba-tiba mati mesinnya saat melintas di atas rel
kereta api. Itu terjadi terutama ketika ada kereta
yang mau lewat. Pengendaranya kesulitan menghidupkan
kembali mesin kendaraannya itu. Akibatnya, kendaraan
bermotor itu ditabrak
kereta dalam hitungan sekian puluh detik berikutnya.

Kasus terbaru adalah seperti yang dialami Rektor dan
Pembantu Rektor III Universitas Islam Darul Ulum
Lamongan. Keduanya tewas karena mobil yang sedang
melintas rel dihantam kereta api. Djoko lalu
mengingatkan, jika mesin mobil tiba-tiba mati di
atas rel, maka hendaknya penumpangnya segera keluar
dan mendorongnya . Jika tidak, akan sangat
membahayakan jika kereta segera lewat. Dan jangan
berusaha menghidupkan mesin! Yang anda lakukan
adalah, keluar! dan mendorongnya! Kalopun anda gak
sempat mendorong, setidaknya anda sudah berada
diluar kendaraan dan bisa sewaktu-waktu lari
menghindar.

Mengapa mesin bermotor susah dihidupkan? Kata Djoko,
terjadi impedansi yang ditimbulkan oleh pergesekan
roda kereta api dan relnya. Dan, impedansi itu yang
cukup untuk mengakibatkan mesin mobil yang mati
sulit menyala kembali. Kejadian itu terutama
berpengaruh pada mobil atau kendaraan yang berbahan
bakar bensin, meskipun kendaraan berbahan bakar
solar juga ada yang terpengaruh. "Pada kendaraan
yang berbahan bakar bensin, starternya digerakkan
oleh dinamo," paparnya. Dari dinamo ini dihasilkan
medan magnet yang selanjutnya menggerakkan mesin
mobil. Djoko mengatakan, hal tersebut tidak jadi
masalah bila mesin mobil tersebut tidak mati. Namun
bila mesin tersebut mati maka akan sulit untuk
dihidupkan lagi. Medan impedansi tersebut tidak
diperlukan jarak yang dekat untuk itu. Hal tersebut
sudah mulai dapat berpengaruh ketika kereta api
masih berjarak 1,5 km lokasi lintasan di mana
kendaraan bermotor itu melintas rel.

Jadi langkah terbaik yang harus dilakukan : dorong
kendaraan ( kalau mobil, segera keluar dari
kendaraan) anda dari rel kereta baru setelah itu
coba hidupkan kembali mesin mobil anda.

------------------
From: Suratno
Sent: Thursday, November 09, 2006 9:09 AM
Subject: [ELECTRICAL_RE] FW: JIKA MESIN KENDARAAN TIBA-TIBA MATI DITENGAH REL KERETA

Tuesday, November 7, 2006

Jamming Frekuensi pada 20 Nov 2006

Pada era saat ini kok ya masih ada yang namanya jamming frekuensi, bukankah ini merupakan dagelan nasional. 10 jam di jamm , itu akan menghabiskan energi seberapa banyak, benar2 pemborosan energi untuk pengamanan yang terlalu mengada-ada. Mbok yao kalau mau pengin bener-bener aman, listrik se Jabar dimatikan, khan selain menghemat energi, aman dari gangguan Electro Magnetic Pulse, radio-wave terorism dan lain-lain.

----------------
Rakyat Merdeka. Tentara nasional Indonsia (TNI) terus menyempurnakan pengamanan di Istana Bogor terkait kunjungan Presiden Amerika Serikat George W Bush ke Istana Bogor.



Berbagai ujicoba pengamanan terus dilakukan, termasuk skenario pengkondisian Kota Bogor saat Bush tiba di Kota Bogor.



Menurut rencana, saat Bush tiba di Bogor nanti berbagai frekuensi udara digital sengaja dihilangkan. Hilangnya saluran frekuensi udara telekomunikasi di sekitar lokasi persinggahan Bush selama 10 jam. Sudah barang tentu jaringan selular (handphone) dan digital lainnya seperti radio dan internet akan di-jamer (memblokade frekuensi sementara) sejak pukul 12.00 WIB.
------------------
http://www.rakyatmerdeka.co.id/nusantara/index.php?q=news&id=3238