Tuesday, March 8, 2005

----- Original Message -----
From: Rahmadi, Sawung_Gogor >
Sent: Thursday, March 03, 2005 4:33 PM
Subject: FW: True Story

Sent: Thursday, March 03, 2005 7:34 AM
Subject: FW: True Story


Semog bermanfaat...






Selasa malam (1 Februari 2005),

Setelah hujan lebat mengguyur Jakarta, gerimis masih turun. Saya pacu

motor dengan cepat dari kantor disekitar Blok-M menuju rumah di

Cimanggis-Depok. Kerja penuh seharian membuat saya amat lelah hingga

di sekitar daerah Cijantung mata saya sudah benar-benar tidak bisa

dibuka lagi. Saya kehilangan konsentrasi dan membuat saya menghentikan

motor dan melepas kepenatan di sebuah shelter bis di seberang Mal

Cijantung. Saya lihat jam sudah menunjukan pukul 10.25 malam. Keadaan

jalan sudah lumayan sepi. Saya telpon isteri saya kalau saya mungkin

agak terlambat dan saya katakan alasan saya berhenti sejenak.

Setelah saya selesai menelpon baru saya menyadari kalau disebelah saya

ada seorang ibu muda memeluk seorang anak lelaki kecil berusia sekitar

2 tahun. Tampak jelas sekali mereka kedinginan. Saya terus

memperhatikannya dan tanpa terasa airmata saya berlinang dan teringat

anak saya (Naufal) yang baru berusia 14 bulan. Pikiran saya terbawa

dan berandai-andai, "Bagaimana jadinya jika yang berada disitu adalah

isteri dan anak saya?"

Tanpa berlama-lama saya dekati mereka dan saya berusaha menyapanya.

" Ibu,_$B!&%r_(Bkalau mau ibu boleh ambil jaket saya, mungkin sedikit kotor

tapi masih kering. Paling tidak anak ibu tidak kedinginan"

Saya segera membuka raincoat dan jaket saya, dan langsung saya

berikan jaket saya.

Tanpa bicara, ibu tersebut tidak menolak dan langsung meraih jaket

saya. Pada saat itu saya baru sadar bahwa anak lelakinya benar-benar

kedinginan dan giginya bergemeletuk.

"Tunggu sebentar disini bu!" pinta saya. Saya lari ke tukang jamu yang

tidak jauh dari shelter itu dan saya meminta air putih hangat padanya.

Dan Alhamdulillah, saya justeru mendapatkan teh manis hangat dari

tukang jamu tersebut dan segera saya kembali memberikannya kepada ibu

tersebut. "Ini bu,.. kasih ke anak ibu!" selanjutnya mereka meminumnya

berdua.

Saya tunggu sejenak sampai mereka selesai. Saya hanya diam memandangi

lalu lalang kendaraan yang lewat

"Bapak, terima kasih banyak, mau menolong saya" sesaat kemudian ibu

tersebut membuka percakapan.

Ah, tidak apa-apa, ngomong-ngomong ibu pulang kemana? Tanya saya

Saya tinggal di daerah Bintaro tapi_$B!&%r_(B. (dia menghentikan bicaranya),

Bapak pulang bekerja ? dia balas bertanya.

"Ya" jawab saya singkat.

"Kenapa sampai larut malam pak, memangnya anak isteri bapak tidak

menunggu? Tanyanya lagi. Saya diam sejenak karena agak terkejut dengan

pertanyaannya.

"Terus terang bu, sebenarnya selama ini saya merasa bersalah karena

terlalu sering meninggalkan mereka berdua. Tapi mau bilang apa, masa

depan mereka adalah bagian dari tanggung jawab saya. Saya hanya

berharap semoga Allah terus menjaga mereka ketika saya pergi."

Mendengar jawaban saya si ibu terisak, saya jadi serba salah. "Bu,

maafkan saya kalau saya salah omong.

Pak kalau boleh saya minta uang seratus ribu, kalau bapak berkenan?

Pintanya dengan sedih dan sopan. Airmatanya berlinang sambil

mengencangkan pelukan ke anak lelakinya.

Karena perasaan bersalah, saya segera keluarkan uang limapuluh-ribuan

2 lembar dan saya berikan padanya. Dia berusaha meraih dan ingin

mencium tangan saya, tetapi cepat-cepat saya lepaskan. "ya sudah, ibu

ambil saja_$B!&%r_(B tidak usah dipikirkan!" saya berusaha menjelaskannya.

"Pak kalau jas hujannya saya pakai bagaimana? Badan saya juga

benar-benar kedinginan dan kasihan anak saya" kembali ibu tersebut

bertanya dan sekarang membuat saya heran. Saya bingung untuk

menjawabnya dan juga ragu memberikannya. Pikiran saya mulai

bertanya-tanya, Apakah ibu ini berusaha memeras saya dengan apa yang

ditampilkannya di hadapan saya? tapi saya entah mengapa saya

benar-benar harus meng-ikhlas-kannya. Maka saya berikan raincoat saya

dan kali ini saya hanya tersenyum tidak berkata sepatahpun.

Tiba_$B!&_(B"tiba anaknya menangis dan semakin lama semakin kencang. Ibu

tersebut sangat berusaha menghiburnya dan saya benar-benar bingung

sekarang harus berbuat apa? Saya keluarkan handphone saya dan saya

pinjamkan pada anak tersebut. Dia sedikit terhibur dengan handphone

tersebut, mungkin karena lampunya yang menyala. Saya biarkan ibu

tersebut menghibur anaknya memainkan handphone saya. Sementara itu

saya berjalan agak menjauh dari mereka. Badan dan pikiran yang sudah

lelah membuat saya benar-benar kembali tidak dapat berkonsentrasi.

Mungkin sekitar 10 menit saya hanya diam di shelter tersebut

memandangi lalu lalang kendaraan. Kemudian saya putuskan untuk segera

pulang dan meninggalkan ibu dan anaknya tersebut. Saya ambil helm dan

saya nyalakan motor, saya pamit dan memohon maaf kalau tidak bisa

menemaninya. Saya jelaskan kalau isteri dan anak saya sudah menunggu

dirumah. Ibu itu tersenyum dan mengucapkan terima kasih kepada saya.

Dia meminta no telpon rumah saya dan saya tidak menjawabnya, saya

benar-benar lelah sekali dan saya berikan saja kartu nama saya. Sesaat

kemudian saya lanjutkan perjalanan saya.

Saya hanya diam dan konsentrasi pada jalan yang saya lalui. Udara

benar-benar terasa dingin apalagi saat itu saya tidak lagi mengenakan

jaket dan raincoat ditambah gerimis kecil sepanjang jalan. Dan ketika

sampai di depan garasi dan saya ingin menelpon memberitahukan ke

isteri saya kalau saya sudah di depan rumah saya baru sadar kalau

handphone saya tertinggal dan masih berada di tangan anak tadi. Saya

benar-benar kesal dengan kebodohan saya. Sampai di dalam rumah saya

berusaha menghubungi nomor handphone saya tapi hanya terdengar nada

handphone dimatikan. "Gila_$B!&%r_(B. Saya benar-benar goblok, tidak lebih dari

30 menit saya kehilangan handphone dan semua didalamnya" dengan suara

tinggi, saya katakan itu kepada isteri saya dan dia agak tekejut

mendengarnya. Selanjutnya saya ceritakan pengalaman saya kepadanya.

Isteri saya berusaha menghibur saya dan mengajak saya agar

meng-ikhlaskan semuanya. "Mungkin Allah memang menggariskan jalan

seperti ini. Sudahlah sana mandi dan shalat dulu, kalau perlu tambah

shalat shunah-nya biar bisa lebih ikhlas" dia menjelaskan. Saya segera

melakukannya dan tidur.

Keesokan paginya saya terpaksa berangkat kerja membawa mobil padahal

hal ini saya tidak terlalu saya suka. Saya selalu merasa banyak waktu

terbuang jika bekerja membawa mobil ketimbang naik motor yang bisa

lebih cepat mengatasi kemacetan. Kalaupun saya bawa motor saya

khawatir hujan karena kebetulan saya tidak ada cadangan jaket dan

raincoat juga sudah saya berikan kepada ibu dan anak tadi malam.

Setelah mengantar isteri yang kerja di salah satu bank swasta di

sekitar depok saya langsung menuju kantor tetapi pikiran saya terus

melanglang buana terhadap kejadian tadi malam. Saya belum benar-benar

meng-ikhlaskan kejadian tadi malam bahkan sesekali saya mengumpat dan

mencaci ibu dan anak tersebut didalam hati karena telah menipu saya.

Sampai di kantor, saya kaget melihat sebuah bungkusan besar diselimuti

kertas kado dan pita berada di atas meja kerja saya. Saya tanya ke

office boy, siapa yang mengantar barang tersebut. Dia hanya menjawab

dengan tersenyum kalau yang mengantar adalah supirnya ibu yang tadi

malam, katanya bapak kenal dengannya setelah pertemuan semalam bahkan

dia menambahkan kelihatannya dari orang berada karena mobilnya mercy

yang bagus.

"Bapak selingkuh ya, pagi-pagi sudah dapat hadiah dari perempuan ?

tanyanya sedikit bercanda kepada saya. Saya hanya tersenyum dan saya

menanyakan apakah dia ingat plat nomor mobil orang tersebut, office

boy tersebut hanya menggelengkan kepala..

Segera saya buka kotak tersebut dan "Ya Allah, semua milik saya

kembali. Jaket, raincoat, handphone, kartu nama dan uangnya. Yang

membuat saya terkejut adalah uang yang dikembalikan sebesar 2 juta

rupiah jauh melebihi uang yang saya berikan kepadanya. Dan juga

selembar kertas yang tertulis ;

" Pak, terima kasih banyak atas pertolongannya tadi malam. Ini saya

kembalikan semua yang saya pinjam dan maafkan jika saya tidak sopan.

Kemarin saya sudah tidak tahan dan mencoba lari dari rumah setelah

saya bertengkar hebat dengan suami saya karena beliau sering terlambat

pulang ke rumah dengan alasan pekerjaan. Bodohnya, dompet saya hilang

setelah saya berjalan-jalan dengan anak saya di Mall Cijantung.

Sebenarnya saya semalam ingin melanjutkan perjalanan ke rumah kakak

saya di depok, tetapi saya jadi bingung karena tidak ada lagi uang

untuk ongkos makanya saya hanya berdiam di hate bis itu. Setelah saya

bertemu dan melihat bapak tadi malam, saya baru menyadari bahwa apa

yang suami saya lakukan adalah demi cinta dan masa depan isteri dan

anaknya juga. Salam dari suami saya untuk bapak. Salam juga dari kami

sekeluarga untuk anak-isteri bapak di rumah. Suami saya berharap,

biarlah bapak tidak mengetahui identitas kami dan biarlah menjadi

pelajaran kami berdua . Oh_$B!&%r_(Bya, maaf handphone bapak terbawa dan saya

juga lupa mengembalikannya tadi malam karena saya sedang larut dalam

kesedihan. Terima kasih.

Segera saya telpon isteri saya dan saya ceritakan semua yang ada

dihadapan saya. Isteri saya merasa bersyukur dan meminta agar semua

uangnya diserahkan saja ke mesjid terdekat sebagai amal ibadah

keluarga tersebut.
 Posted by Hello

No comments: