Monday, March 7, 2005

John Blanford berdiri tegak dari bangku di Stasiun Kereta Api sambil
melihat ke arah jarum jam, pukul 6 kurang 6 menit. John sedang
menunggu seorang gadis yang dekat dalam hatinya tetapi tidak mengenal
wajahnya, seorang gadis dengan setangkai mawar.



Lebih dari setahun yang lalu John membaca buku yang dipinjam dari
Perpustakaan. Rasa ingin tahunya terpancing saat ia melihat coretan
tangan yang halus di buku tersebut. Pemilik terdahulu buku tersebut
adalah seorang gadis bernama Hollis Molleon. Hollis tinggal di New
York dan John di Florida John mencoba menghubungi sang gadis dan
mengajaknya untuk saling bersurat.



Beberapa hari kemudian, John dikirim ke medan perang, Perang Dunia
II. Mereka terus saling menyurati selama hampir 1 tahun. Setiap surat
seperti layaknya bibit yang jatuh di tanah yang subur dalam hati
masing2 dan jalinan cinta merekapun tumbuh.



John berkali-kali meminta agar Hollis mengirimkannya sebuah foto.
Tetapi sang gadis selalu menolak, kata sang gadis "Kalau perasaan
cintamu tulus John, bagaimanapun rupaku tidak akan merubah perasaan
itu, kalau saya cantik selama hidup saya akan bertanya-tanya apakah
mungkin perasaanmu itu hanya karena saya cantik saja, kalau saya
biasa2 atau cenderung jelek, saya takut kamu akan terus menulis hanya
karena kesepian dan tidak ada orang lain lagi dimana kamu bisa
mengadu. Jadi sebaiknya kamu tidak usah tahu bagaimana rupa saya.
Sekembalinya kamu ke New York nanti kita akan bertemu muka. Pada saat
itu kita akan bebas untuk menentukan apa yang akan kita lakukan."



Mereka berdua membuat janji untuk bertemu di Stasiun Pusat di New
York pukul 6 sore setelah perang usai. "Kamu akan mengenali saya,
John, karena saya akan menyematkan setangkai bunga mawar merah pada
kera bajuku", kata Nona Hollis.



Pukul 6 kurang 1 menit sang perwira muda semakin gelisah, tiba2
jantungnya hampir copot, dilihatnya seorang gadis yang sangat cantik
berbaju hijau lewat di depannya, tubuhnya ramping, rambutnya pirang
bergelombang, matanya biru seperti langit, luar biasa cantiknya....
Sang perwira mulai menyusul sang gadis, dia bahkan tidak menghiraukan
kenyataan bahwa sang gadis tidak mengenakan bunga mawar seperti yang
telah disepakati. Hanya tinggal 1 langkah lagi kemudian John melihat
seorang wanita berusia 40 tahun mengenakan sekumtum mawar merah di
kerahya. "O.... itu Hollis!!!!"



Rambutnya sudah mulai beruban dan agak gemuk. Gadis berbaju hijau
hampir menghilang. Perasaan sang perwira mulai terasa terbagi 2 ingin
lari mengejar sang gadis cantik tetapi pada sisi lain tidak ingin
menghianati Hollis yang lembut dan telah setia menemaninya selama
perang.



Tanpa berpikir panjang, John berjalan menghampiri wanita yang
berusia setengah baya itu dan menyapanya "Nama saya John Blanford,
anda tentu saja Nona Hollis, bahagia sekali bisa bertemu dengan anda,
maukah anda makan malam bersama saya?"



Sang wanita tersenyum ramah dan berkata "Anak muda, saya tidak tahu apa
artinya semua ini, tetapi
seorang gadis yang berbaju hijau yang baru saja lewat memaksa saya
untuk mengenakan bunga mawar ini dan dia mengatakan kalau anda
mengajak saya makan maka saya diminta untuk memberitahu anda bahwa
dia menunggu anda di restoran di ujung jalan ini, katanya semua ini
hanya ingin menguji anda." (NN)



--------------



Pernahkah terpikir oleh anda sekalian, bahwa si pemuda bernama John
Blanford di atas akan menarik semua perkataan-perkataan cinta
romantis yang pernah di tulis dalam surat-suratnya apabila,
katakanlah memang benar ternyata Nona Hollis hanyalah seorang wanita
gemuk dengan rambut hampir beruban. Untunglah John seorang yang
sangat cerdas dan berhikmat. Dia bisa saja berpikir pasti dapat
mengeluarkan sebuah alasan lain untuk mengagalkan lamarannya. Dan
tentunya jika itu terjadi, maka cerita ini pasti tidak akan ada.



Seseorang akan sangat mudah tertipu dan tergoda untuk mengikuti mata
jasmani dan mengabaikan kata hati. Orang lebih menyukai apa yang
dapat dia lihat dan sentuh dari pada apa yang dapat dirasakan dan di
sentuh oleh hatinya. Ini adalah salah satu titik kegagalan manusia
dalam menjalani kehidupannya sebagai orang yang beriman. Kita lebih
tertarik melihat sebuah senyuman manis, dari pada sikap hati. Kita
lebih menyukai bola mata yang bulat dan bening ketimbang mata hati
yang tajam dan peka. Kita lebih menyukai wajah rupawan dari pada
karakter yang bagus. Singkat kata, kita semua lebih menyukai hal-hal
yang bersifat jasmaniah ketimbang hal-hal rohaniah. Itulah sebabnya
seringkali kita tersandung karena ulah kita sendiri!

 Posted by Hello

No comments: